Kamis 09 Jul 2015 15:10 WIB

Mantan Pilot Indonesia Diketahui Gabung ISIS Sejak 2014

Rep: C07/ Red: Winda Destiana Putri
Dua pilot asal Indonesia, Ridwan Agustin dan Tommy Alfatih dilaporkan gabung ISIS.
Foto: firstlook.org
Dua pilot asal Indonesia, Ridwan Agustin dan Tommy Alfatih dilaporkan gabung ISIS.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Ridwan Agustin, salah satu pilot yang tergabung dengan kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) diketahui mulai bergabung dengan kelompok radikal tersebut sejak tahun 2014.

Laporan Australian Federal Police (AFP) menyatakan bahwa tulisan media sosial Agustin berubah dari September 2014, ketika ia mulai membuat postingan menunjukkan dukungan kepada ISIS.

Pada Maret 2015, dalam akun Facebooknya ia mengubah tempat tinggalnya di Raqqa, Suriah. Tak hanya itu, dia juga mengubah namanya menjadi Ridwan Ahmad Indonesiy dan mengungkapkan ketertarikannya untuk bergabung dalam peperangan melawan Kobani.

Agustin terdaftar sebagai pilot Air Asia pada tahun 2010 dan menerbangkan rute internasional, termasuk ke Hong Kong dan Singapura. Dalam akun Facebooknya, sebelum ditutup ia sempat memposting banyak foto-foto dirinya dalam berpose seragam pilot di depan pesawat Air Asia.

Agustin diketahui menikah dengan Diah Suci Wulandari, pramugari maskapai penerbangan tersebut. Air Asia kepada The Intercept menyampaikan bahwa Agustin dan Wulandari sudah bukan merupakan karyawan dari Air Asia Indonesia.

"Oleh karena itu, kami tidak dapat berkomentar lebih jauh mengenai mereka," begitu pernyataan Air Asia dikutip dari Sydney Morning Herald, Kamis (9/7)

Tak hanya Agustin, seorang pilot asal Indonesia lainnya, Tomi Hendratno, yang pernah bekerja di maskapai penerbangan pribadi Premiair, juga diduga bergabung dengan jaringan ISIS. Hal itu seperti disampaikan dalam laporan intelijen yang dikumpulkan oleh AFP dan didistribusikan kepada rekan penegak hukum di Turki, Jordan, London, dan Amerika Serikat, termasuk ke Europol, organisasi kepolisian Eropa.

Laporan tersebut juga menyebutkan pilot, kru pesawat dan yang lainnya, dengan akses ke dalam dan diantara lingkungan penerbangan dapat memiliki ancaman nyata jika orang tersebut diradikalisasi.

"Akses mereka dan pengetahuan atas keamanan dan keselamatan menyediakan kesempatan untuk serangan sebagaimana terjadi dalam kejadian global di masa lalu," tulis laporan tersebut.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement