Jumat 10 Jul 2015 20:49 WIB

Deportasi Muslim Uighur, Kedutaan Besar Thailand di Turki Tutup

Rep: C26/ Red: Winda Destiana Putri
Muslim Uighur terus mendapat tekanan pemerintah Cina.
Foto: Ibtimes.com
Muslim Uighur terus mendapat tekanan pemerintah Cina.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Thailand resmi menutup kedutaan besarnya di Turki setelah aksi protes atas kebijakannya mendeportasi Muslim Uighur ke Cina. Deportasi itu memicu ketegangan dari para pendukung Muslim Uighur di Turki.

Diketahui Kedutaan Besar Thailand di Ankara dan kantor konsulat di Istanbul diserbu para pendukungnya. Kelompok-kelompok pendukung HAM mengkritik perlakuan tidak adil pada kelompok Uighur yang mengalami penganiayaan di Cina.

Gedung perwakilan Thailand di Turki dirusak beberapa bagian. Jendela di konsulat Thailand tak luput dari serangan. Perabotan yang ada di dalam pun ikut hancur.

Juru bicara pemerintah Thailand Werachon Sukhondhapatipak mengatakan pemerintah telah memerintahkan kedutaan dan konsulat untuk tutup sementara pada hari Jumat (10/7) ini.

"Kami akan menilai situasi setiap harinya sebelum kembali membuka," kata Sukhondhapatipak seperti dilansir dari BBC.

Thailand menyebut sekitar 100 Muslim Uighur yang sebelumnya dideportasi dinyatakan sebagai imigran gelap yang masuk ke negara beribukota Bangkok itu. Menurutnya, beberapa negara asing dianggap mengabaikan fakta bahwa mereka masuk sebagai imigran ilegal yang harus dikembalikan ke negara asalnya. Kasus Muslim Uighur saat ini memang diketahui tengah memecah konvensi internasional dan hukum.

Muslim Uighur disebut memiliki ikatan budaya dan agama yang kuat dengan penduduk Turki. Bahkan kerusuhan terjadi di Turki menyusul laporan warga Uighur yang dilarang menjalani ibadah di bulan suci Ramadhan. Sementara itu pemerintah Cina membantah menganiaya Muslim Uighur seperti yang banyak diberitakan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement