REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kantor berita Cina, Xinhua, mengatakan 109 etnis Uighur yang dideportasi dari Thailand ke Cina sedang berupaya bergabung dengan militan di Suriah dan Irak. Sekitar 13 diantara mereka yang dideportasi menurut pihak berwenang Cina terlibat dalam aksi terorisme.
Xinhua mengutip Kementerian Keamanan Publik menyatakan dua orang tahanan telah melarikan diri. Kini polisi Cina juga telah menemukan beberapa kelompok yang merekrut orang untuk bergabung dengan militan. Mereka menuduh diplomat Turki membantu memfasilitasi gerakan ilegal tersebut.
Pada Kamis (9/7), pemerintah Thailand memulangkan 109 etnis Uighur yang berada di Thailand selama lebih dari satu tahun. Saat itu, mereka mengaku sebagai warga Turki. Namun setelah diketahui mereka merupakan warga Cina, Thailand mendeportasi mereka.
Langkah Thailand sempat mendapat kecaman internasional. Kelompok Hak Asasi Manusia khawatir, para warga Uighur yang dideportasi akan menghadapi penyiksaan di negara asalnya. Uighur merupakan etnis minoritas Musim berbahasa Turki di wilayah Xinjiang, Cina. Kelompok ini telah mengeluhkan penindasan budaya dan agama oleh pemerintah Cina.
Sementara Beijing kerap menuduh Uighur sebagai teroris. Kekerasan di Xinjiang selama dua tahun terakhir telah menyebabkan ratusan orang tewas.
Menanggapi laporan Xinhua, juru bicara Kongres Uighur Dunia Dilxat Raxit mengatakan Cina membela diri dan melalaikan tanggung jawabnya. Sementara Uighur menurutnya, melarikan diri karena kebijakan pemerintah Cina yang menekan mereka.