REPUBLIKA.CO.ID, DONETSK -- Ukraina dan pemberontak pro-Rusia menuduh satu sama lain atas serangan di daerah pemukiman yang menewaskan empat warga sipil dan seorang tentara. Meski gencatan senjata tengah berlangsung.
Separatis mengatakan, satu orang tewas akibat penembakan dari pasukan Ukraina di pusat Donetsk. Serangan itu menjadi pertempuran paling mematikan dalam kurun waktu lebih dari satu bulan.
Lebih dari 6.500 orang telah tewas sejak konflik meletus di Ukraina timur pada April tahun lalu. Serangan telah berkurang sejak kesepakatan damai yang ditengahi di Minsk, Belarusia lima bulan lalu. Namun keduabelahpihak saling tuduh melakukan pelanggaran.
Juru bicara militer Ukraina, Andriy Lysenko mengatakan, separatis telah memfokuskan serangan mereka di daerah pemukiman barat laut dari kota yang dikuasai pemberontak Donetsk.
"Sebagian besar dari penembakan dan serangan bersenjata oleh pemberontak berlangsung pada malam hari agar tidak menarik perhatian pengamat internasional," katanya dikutip dari NBC News, Ahad (19/7).
Sementara itu pemberontak menuduh Ukraina mengintensifkan serangan mereka. Suara serangan artileri masuk dan keluar bisa didengar para separatis di Donetsk.
Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) yang memantau gencetan senjata mengatakan, tidak ada pihak yang sepenuhnya menarik artileri berat dari garis depan seperti yang dipersyaratkan dalam perjanjian damai.
Pada Jumat (17/7), kepala OSCE Ivica Dacic menjelaskan krisis kemanusiaan yang memburuk di timur dan mendesak keduanya untuk mematuhi perjanjian Minsk. Dikatakan, perjanjian itu adalah satu-satunya kesempatan untuk mencapai perdamaian.