Senin 20 Jul 2015 09:52 WIB

Kashmir, Lebaran di Tengah Krisis Ekonomi

Rep: C38/ Red: Angga Indrawan
Seorang Muslim tengah berdoa di depan Masjid Kashmiri Taqiya, Kathmandu, Nepal.
Foto: Reuters
Seorang Muslim tengah berdoa di depan Masjid Kashmiri Taqiya, Kathmandu, Nepal.

REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Konflik yang masih berlangsung di Kashmir membuat perayaan Idul Fitri tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya. Para pedagang mencatat masyarakat tidak antusias membeli barang-barang baru selama lebaran kali ini.

“Saya punya rencana untuk membuka warung di kota-kota besar selama lebaran, tapi pelanggan sepi lantaran krisis ekonomi,” kata seorang pedagang lokal, dilansir On Islam, Senin (20/7).

Ia menjelaskan, buruh, kontraktor, dan para pegawai di sektor-sektor lain tidak bisa mendapatkan pembayaran gaji utuh. Sirkulasi keuangan di Kashmir tengah berada di titik terburuk.

Ali Mohd Kitchloo, seorang pedagang kain di Kashmir Tengah mengungkapkan hal yang sama. Tahun lalu ia masih mendapat keuntungan lumayan pada hari raya Idul Fitri, tapi daya beli masyarakat tahun ini sangat rendah. Hanya segelintir orang yang membeli baju baru.

Mohd Ashraf, seorang pedagang lainnya menuturkan hal yang sama. Omzet bisnis di Kashmir pada awal tahun 1990-an sangat baik. Namun, kondisi perekonomian lesu segera setelah gejolak melanda Kashmir. Ia melihat minimnya keuntungan yang bisa diraih para pedagang selama Idul Fitri tahun ini.

“Seluruh keluarga kami mendapat baju baru pada Idul Fitri sebelumnya, tapi tahun ini ayah tidak mendapatkan upah untuk proyek yang ia garap,” kata Sumaira Jan, putri seorang kontraktor pemerintah daerah.

Selain alasan keamanan, bencana alam dan banjir tahun lalu turut memperburuk kondisi perekonomian. Sementara, pemerintah gagal memberikan bantuan yang memadai bagi para korban banjir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement