REPUBLIKA.CO.ID, NEW SOUTH WALES -- Perusahaan penerbangan terbesar Australia Qantas mencapai kesepakatan dengan penulis buku yang hendak menerbitkan cerita mengenai kemelut di perusahaan tersebut. Buku berjudul Fighting Words, sekarang tidak akan diterbitkan sama sekali setelah Qantas mencapai persetujuan di luar pengadilan dengan pengarangnya Lucinda Holdforth.
Holdforth, adalah mantan penulis naskah pidato untuk Direktur Eksekutif Qantas, Alan Joyce. Dia juga pernah menulis naskah pidato ketika Joyce memutuskan semua armada pesawat Qantas tidak terbang ketika terjadi pemogokan dan perseteruan dengan serikat buruh di tahun 2011. Selain itu, Holdforth juga menjadi penulis naskah pidato bagi mantan Direktur Eksekutif Qantas Geoff Dixon dan Presiden Komisarisnya Margaret Jackson.
Qantas mengambil langkah hukum guna mencegah penerbitan buku tersebut, dengan alasan bahwa Holdforth menggunakan informasi bersifat rahasia di dalam perusahaan tersebut untuk keuntungan pribadi.
Bulan lalu, Mahkamah Agung New South Wales mengeluarkan keputusan sementara mencegah Holdforth menerbitkan bukunya.
Hari Senin (20/7) ini, Qantas mengeluarkan pernyataan bahwa kedua belah pihak menyepakati bahwa keputusan itu akan bersifat tetap, "karena adanya kerahasiaan perusahaan dalam buku tersebut".
Holdforth mengatakan walaupun itu bukan hasil yang diinginkannya, namun dia menerima keputusan tersebut. "Ini bukan hasil yang saya inginkan," kata Holdford dalam email yang dikirim kepada ABC.
"Namun Qantas bersikeras mengenai hak mereka, dan saya harus menerima hal tersebut," katanya lagi.