Kamis 20 Aug 2015 02:37 WIB

Diduga Ada Jaringan yang Mendalangi Bom Thailand

Rep: C36/ Red: Ilham
Polisi Thailand memeriksa puing-puing bekas ledakan bom di Bangkok , Thailand , Selasa, (18/8).
Foto: APSakchai Lalit
Polisi Thailand memeriksa puing-puing bekas ledakan bom di Bangkok , Thailand , Selasa, (18/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Kepala Polisi Nasional Thailand,  Somyot Poompanmoung, menyatakan ledakan bom di salah satu kuil di Bangkok, Thailand dilakukan oleh jaringan organisasi tertentu. Saat ini, penyelidikan polisi terpusat pada sosok pria pembawa tas ransel yang muncul 20 menit sebelum ledakan.

Dilansir dari Shanghai Daily, Kamis (20/8), hingga saat ini belum ada pihak yang mengaku bertanggungjawab atas ledakan yang terjadi pada Senin (17/8), malam.  Kepolisian Thailand yakin pria yang tampak pada rekaman video menjadi salah satu pelaku pemboman. Pria tersebut digambarkan berambut hitam dengan potongan shaggy, mengenakan kemeja kuning dan membawa ransel besar berwarna gelap.

“Dia pasti tidak melakukannya seorang diri,” ujar Somyot tanpa menjelaskan alasan lebih lanjut. Pihak kepolisian kini telah merilis foto-foto pria tersebut. Foto-foto menggambarkan si pria dengan dan tanpa membawa tas ransel.

Sementara itu, salah satu video yang diposting di media Thailand menggambarkan pria yang sama tengah duduk di bangku kuil, melepas ransel dan meninggalkannya lantas dia berjalan pergi. “Pria berbaju kuning itu bukan hanya tersangka, melainkan juga pelaku pemboman,” tutur Juru Bicara Kepolisian Prawut Thavornsiri pada Selasa (18/8).

Ledakan bom menyebabkan 20 orang tewas dan lebih dari 120 orang lain luka-luka.  Serangan di kawasan Erawan Shrine ini juga menimbulkan kekhawatiran akan keamanan Kota Bangkok yang dikenal mampu menarik jutaan wisatawan.  

Dua hari setelah serangan itu, kuil kembali dibuka untuk umum. Erawan Shrine adalah kawasan yang dihormati warga Thailand dan wisatawan lintas agama. Kuil ini didedikasikan untuk dewa Hindu Brahma, namun sangat populer di kalangan umat Buddha Thailand serta wisatawan Cina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement