Senin 24 Aug 2015 08:05 WIB

Pembicaraan Korut-Korsel Buntu, Hubungan Berisiko Memanas

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Angga Indrawan
 Personil tentara Korea Selatan berpatroli di jermbatan penghubung Korea Selatan dan Korea Utara di desa perbatasan Panmunjom, Peju, Korsel, Sabtu (22/8). (AP/Ahn Young-joon)
Personil tentara Korea Selatan berpatroli di jermbatan penghubung Korea Selatan dan Korea Utara di desa perbatasan Panmunjom, Peju, Korsel, Sabtu (22/8). (AP/Ahn Young-joon)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Negosiator tingkat atas Korea Utara dan Korea Selatan yang berbicara malam tadi masih tanpa tanda-tanda kesepakatan. Pembicaraan keduanya buntu dan berisiko mendorong dua negara tetangga itu ke jurang konflik bersenjata.

Seperti diberitakan Business Insider, Senin (24/8), pembicaraan berlangsung hingga 15 jam di desa Panmunjom. Pemilihan desa tersebut karena desa tersebut merupakan tempat ditandatanganinya kesepakatan gencatan senjata 1950-1953.

Korsel mengklaim Korut berusaha merongrong proses negosiasi dengan menggerakkan unit atileri tambahan ke perbatasan dan puluhan kapal selam. Akar dari konflik ini karena tuduhan Korut menaruh ranjau darat di perbatasan awal bulan ini dan menyebabkan dua tentara Korsel cacat.

Seoul membalas dengan beralih menggunakan pengeras suara yang tidak digunakan selama lebih dari satu dekade. Korsel menyebarkan pesan propaganda ke Korut. Korut pun membantah terlibat dalam ledakan ranjau darat dan mengeluarkan ultimatum untuk menghentikan Korsel.

Negosiasi di Panmunjom dipimpin oleh penasehat keamanan nasional Korsel, Kim Kwan-Jin dan orang kepercayaan pemimpin Korut, wang Pyong-So. Mereka melakukan pembicaraan tingkat tertinggi selama hampir satu tahun sebagai refleksi dari keseriusan situasi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement