Ahad 06 Sep 2015 22:00 WIB

Inggris akan Selenggarakan Voting untuk Serang ISIS

Rep: RR Laeny Sulistyawati/ Red: Bilal Ramadhan
Militan ISIS semakin meluaskan kekuasannya di Suriah.
Foto: Ssn.tv
Militan ISIS semakin meluaskan kekuasannya di Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris akan mengadakan pemungutan suara (voting) di tingkat parlemen mengenai langkah serangan udara terhadap kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah.

Surat kabar The Sunday Times melaporkan Perdana Menteri Inggris David Cameron ingin mengadakan pemungutan suara di parlemen pada awal Oktober 2015 untuk membuka jalan serangan udara terhadap ISIS di Suriah.

Cameron mengaku ingin meminta parlemen Inggris untuk memilih bergabung dengan serangan udara yang dipimpin Amerika Serikat (AS) terhadap ISIS di Suriah. ‘’Cameron juga berusaha untuk meluncurkan serangan militer dan intelijen terhadap  penyelundup manusia,’’ kata surat kabar itu mengutip pernyataan pejabat senior seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Ahad (6/9).

Namun, Cameron menambahkan bahwa ia hanya akan melanjutkan rencana serangan ISIS di Suriah jika ada konsensus murni di Inggris, termasuk parlemen. Sebelumnya, anggota parlemen Inggris menolak serangan militer di Suriah pada tahun 2013.

Menteri Keuangan Inggris George Osborne mengatakan Inggris dan Eropa harus menemukan cara untuk mengatasi konflik di Suriah serta memberikan suaka bagi mereka yang benar-benar melarikan diri dari penganiayaan. Termasuk memberi bantuan ke kamp-kamp pengungsi di perbatasan.

‘’Tetapi kita juga harus mengalahkan  kelompok kriminal yang terkait dalam kesengsaraan manusia dan membunuh orang,’’ ujarnya.

Ia menambahkan, menyelesaikan krisis migran juga berarti berurusan dengan masalah jahat pemerintahan Presiden Suriah Bashar al-Assad di Suriah dan ISIS. Sebelumnya, Harian Prancis Le Monde melaporkanbahwa Prancis sedang mempertimbangkan melakukan serangan udara di ISIS di Suriah dan bergabung dengan koalisi internasional yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement