REPUBLIKA.CO.ID, GOMA -- Sedikitnya tujuh warga sipil tewas dalam serangan akhir pekan oleh pemberontak Uganda di wilayah timur yang bergolak dari Republik Demokratik Kongo.
Namun, sebuah LSM lokal menyebutkan korban tewas berjumlah sembilan orang dan mengatakan sebagian besar dari mereka telah dibunuh dengan parang.
Para pejabat mengatakan serangan tersebut terjadi pada Sabtu (5/9) di dekat Mbau di sektor utara yang bermasalah di Provinsi Kivu Utara di mana tidak ada penjagaan dari pasukan pemerintah.
"Tadi malam kami menemukan tiga mayat dan hari ini empat sehingga total ada tujuh orang yang tewas," kata seorang pejabat tinggi di wilayah Beni, Kivu Utara, Amisi Kalonda, Ahad (6/9).
Kekerasan tersebut terjadi di daerah di mana banyak warga telah dievakuasi karena ancaman dari Pasukan Aliansi Demokratik (ADF) Uganda. ADF telah dituduh membunuh lebih dari 400 warga desa selama 10 bulan terakhir, sebagian besar dari mereka dibantai dengan parang dan alat pertanian.
Dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Ahad malam, Pusat Kajian untuk Promosi Perdamaian, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia yang berkantor di Beni mengatakan total sembilan orang tewas terkait insiden tersebut.
Sebagian besar dari mereka telah dibunuh dengan parang, baik digorok lehernya atau dipenggal. Namun, para pejabat tidak bisa segera mengkonfirmasikan jumlah korban tertinggi dalam serangan tersebut. Para pemberontak itu, yang disebut memiliki sekitar 400 personel, telah aktif di wilayah tersebut sejak diusir dari tanah air mereka pada 1995.