Selasa 08 Sep 2015 09:34 WIB

Intelijen Jerman Pastikan ISIS Gunakan Bahan Kimia Berbahaya di Irak

Rep: Gita Amanda/ Red: Angga Indrawan
Gerakan ISIS
Foto: VOA
Gerakan ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Badan intelijen asing Jerman BND melaporkan telah mengumpulkan bukti penggunaan gas mutard oleh kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Mereka menyatakan telah menguji sampel darah warga Kurdi yang terluka saat melawan ISIS.

The Guardian Selasa (8/9), mengutip Harian Jerman Bild yang melaporkan pada Senin (7/9), menyatakan agen-agen intelijen BND telah mengumpulkan sampel darah warga Kurdi yang terluka dalam bentrokan dengan ISIS. Kepala BND Gerhard Schindler mengatakan, mereka memiliki informasi ISIS menggunakan gas mustard di Irak utara.

Schindler mengatakan, gas mustard diperkirakan diperoleh dari stok lama milik pemerintahan Saddam Hussein atau diproduksi ISIS setelah mereka merebut Universitas Mosul. Seorang pejabat Jerman dengan syarat anonimitas mengkonfirmasi pernyataan Schindler. Tapi ia menolak mengkonfirmasi BND mengumpulkan sampel darah.

Juru bicara Departemen Pertahanan AS Komandan Elissa Smith mengatakan, mereka tak akan mengomentari oprasional intelijen namun menurutnya penggunaan bahan kimia sebagai senjata apapun merupakan tindakan mengerikan. 

"Mengingat dugaan perilaku ISIS dan kelompok-kelompok sejenisnya di wilayah tersebut, setia pelanggaran mencolok dari aturan dan norma internasional merupakan tindakan tercela," katanya.

Aktivis mengatakan, Agustus lalu ISIS juga menyerang kota Marea di utara Suriah dengan gas beracun. Namun belum jelas senjata kimia apa yang digunakan. Dokter Lintas Batas mengatakan, empat pasien menunjukkan gejala paparan bahan kimia. Mereka dirawat di sebuah rumah sakit yang dijalankan organisasi medis internasional itu pada tanggal 21 Agustus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement