REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan, dugaan serangan siber yang dilakukan Cina sebagai tindakan yang tak dapat diterima. Ini disampaikan Obama menjelang kunjungan pemimpin Cina Xi Jinping.
BBC News melaporkan pada Sabtu (12/9), AS telah menyalahkan serangan peretas pada sejumlah insititusi di negara tersebut. Termasuk kasus terbaru mengenai penyerangan siber yang melibatkan jutaan pegawai pemerintah AS.
Obama mengatakan, AS harus lebih cepat bertindak dalam merespon serangan. Ia membuat pernyataan setelah bertemu dengan anggota militer AS di Fort Meade, Maryland. Xi dijadwalkan akhir bulan ini datang ke Washington.
"Kami sangat jelas kepada Cina, bahwa ada praktik-praktik tertentu yang mereka terlibat di dalamnya, dan kita tahu itu berasal dari Cina dan tak dapat diterima," ungkap Obama.
Obama menyarankan kedua pihak menyepakati aturan umum di dunia maya. Sebab pada satu titik, AS menganggap ini sebagai ancaman keamanan nasional. Namun Obama mengatakan, Cina harus takut akan konfrontasi AS secara online. "Saya jamin kami akan menang jika harus," katanya.
Secara terpisah, Gedung Puting mengatakan, Obama tak akan lagi tinggal di Hotel Waldorf Astoria di New York yang disebut-sebut milik perusahan Cina. Tapi juru bicara Gedung Putih Josh Earnest tak mengomentari apakah pembelian itu menyuarakan keprihatinan akan mata-mata Cina.
"Ada berbagai pertimbangan yang mempengaruhi dimana presiden akan tinggal saat tak di Gedung Putih," ujar Earnest.
Sebaliknya, Cina mengatakan mereka merupakan korban serangan siber AS.