Ahad 11 Oct 2015 18:28 WIB

Korban Tewas Ledakan di Turki Jadi 95 Orang

Rep: RR Laeny Sulistyawati/ Red: Bilal Ramadhan
Bom meledak saat aksi unjuk rasa di Ankara, Turki, Sabtu (10/10).
Foto: Reuters
Bom meledak saat aksi unjuk rasa di Ankara, Turki, Sabtu (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Ribuan  pengunjuk rasa yang meneriakkan slogan anti-pemerintah berkumpul di Ankara, Turki, Ahad (11/10). Mereka berkumpul untuk memprotes ledakan yang menewaskan 95 jiwa sehari sebelumnya, Sabtu (10/10).

‘’Presiden Tayyip Erdogan pembunuh", "polisi pembunuh", adalah teriakan yang dinyanyikan kerumunan massa di lapangan Sihhiye saat polisi anti huru hara yang dilengkapi oleh kendaraan meriam air memblokir jalan raya utama yang mengarah ke distrik tempat gedung parlemen dan pemerintah berada.

Namun, Pemerintah membantah terlibat dalam ledakan itu. Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu, mengatakan, kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), faksi militan Kurdi atau kelompok radikal kiri bisa menjadi pelaku pengeboman itu. Korban tewas akibat ledakan yang terjadi Sabtu (10/10) terus bertambah dan menjadi sedikitnya 95 orang.

‘’Salah satu pengebom telah diidentifikasi sebagai laki-laki berusia antara 25-30 tahun. Petugas menganalisis mayat tersebut di tempat kejadian dan mengambil sidik jarinya,’’ kata pejabat pro-pemerintah Yeni Safak.

Kantor Davutoglu mengatakan, 52 korban telah diidentifikasi semalam dan otopsi terus dilakukan. Pihaknya mengatakan, sebanyak 246 orang yang terluka masih dirawat dan 48 dari mereka dalam perawatan intensif.  Kerabat dan teman-teman korban menunggu dengan cemas pada Ahad pagi di luar rumah sakit tempat mereka sedang dirawat.

Namun, belum ada klaim siapa yang bertanggung jawab atas serangan tersebut. Dua tersangka  pelaku bom bunuh diri menghantam sebuah protes yang terdiri dari aktivis Partai Rakyat Demokratik pro-Kurdi (HDP), kelompok kiri, serikat buruh dan kelompok-kelompok sipil lainnya, pro-Kurdi, dan aktivis buruh dekat stasiun kereta api utama Ankara dan akhirnya ledakan terjadi.

Pejabat HDP mengatakan, polisi menyerang para pemimpin dan anggota unjuk rasa ketika mereka mencoba untuk meninggalkan lokasi demonstrasi di lokasi kejadian. Pemimpin HDP, Selahattin Demirtas menyalahkan pemerintah dalam hal ini.

Dia mengatakan pada hari Sabtu serangan itu merupakan bagian dari strategi yang sama seperti pemboman demonstrasi HDP di tenggara kota Diyarbakir di malam pemilihan Juni 2015.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement