Sabtu 17 Oct 2015 13:12 WIB

Kisah Alumni Prancis asal Palestina yang Terbunuh di Tangan Israel

Seorang pria yang terluka dalam bentrokan dengan tentara Israel di perbatasan Israel Kota Gaza, Jumat, 9 Oktober, 2015.
Foto: EPA/Abed AL Hashlamun
Seorang Palestina melepaskan lemparan batu dalam bentrokan yang pecah di Tepi Barat, Hebron, Palestina, Kamis (8/10).

Dalam kehidupan normal, Mutaz memiliki dua pekerjaan. Pertama sebagai penjaga keamanan hotel, dan yang kedua yakni pengemudi taksi. Mayoritas kerabat lelakinya menghabiskan banyak waktu di penjara Israel.

Sebelum insiden di tembok pemisah, Mutaz sempat menyampaikan bagaimana perasaannya kepada seorang teman, Murad. "Dia (Mutaz) sudah tidak tahan lagi," ujar Murad. Apalagi setelah ia mengetahui bagaimana rasanya bisa hidup bebas di Prancis.

Bagi Murad, protes yang terjadi di teritori Palestina beberapa hari terakhir hanya puncak dari gunung es. Ekspresi kemarahan yang ia sebut sebagai internal intifada telah mendarah daging di mayoritas warga Palestina dalam beberapa hari terakhir.  "Ini merupakan luapan amarah 60, 70 tahun," ujarnya.  

Ia menambahkan, para pemuda Palestina yang melakukan perlawanan bukanlah teroris atau pahlawan. "Kita hanyalah orang normal, yang hidup di bawah tekanan."

Issa, rekan Mutaz, mengatakan, banyak pihak luar mengatakan, warga Palestina melempar batu. "Namun tidak ada yang bertanya, mengapa mereka harus melakukan itu," katanya.

Ia pun masih ingat saat pertama kali melempar batu ke aparat Zionis pada usia 13 tahun. Semua hanya didasarkan atas kemarahan.

Kericuhan di Tepi Barat dan Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 30 warga Palestina, dan melukai lebih dari 1.000 orang. Sementara di sisi Israel, tujuh orang terbunuh.

sumber : Maannews
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement