REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemantau internasional dari pemilu parlemen Turki mengkritisi arus kekerasan dan ketakutan yang mendahului pemilihan suara. NGO mengatakan, lingkungan keamanan penangkapan aktivis oposisi dan pengekangan dari kebebasan pers dikombinasikan untuk membuat kampanye tidak adil.
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengatakan dia pantas memperoleh hormat dari seluruh dunia mengikuti hasil pemilu pada Ahad lalu. Tapi kelompok pemantau pemilu internasional menyatakan keprihatinan serius atas ketidakadilan yang terjadi.
Salah satu kelompok pemantau, PACE yang diwakili Andreas Gross menyatakan sikapnya terhadap pemilu Turki. "Kampanye pemilu tidak adil dan rasanya seperti terlalu banyak kekerasan dan ketakutan," ujarnya seperti dilansir dari the Guardian.
Diketahui, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), tempat Presiden Partai Recep Tayyip Erdogan bernaung, berhasil memenangkan pemilihan sela dengan suara mayoritas. AKP pun bisa kembali membentuk pemerintahan tanpa perlu berkoalisi dengan partai lain.
Sementara itu, Organisasi Keamanan dan Kerja Sama Eropa juga mengeluarkan laporan yang mengecam sejumlah kekerasan terhadap media, serta masalah keamanan lain di dalam pemilihan. Pekan lalu, polisi antihuru-hara menggerebek dua stasiun televisi di Ankara dan Istanbul yang mengkritik pemerintah.