Ahad 08 Nov 2015 14:33 WIB

Perjalanan Panjang Aung San Suu Kyi

Pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi.
Foto: Reuters
Pemimpin oposisi Myanmar, Aung San Suu Kyi.

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Terakhir kali Myanmar menyelenggarakan pemilihan umum, Aung San Suu Kyi mendekam dalam tahanan rumah setelah kemenangan telak partainya tidak dihiraukan oleh penguasa militer yang brutal.

Dua puluh lima tahun setelahnya, pemenang demokrasi tersebut memberikan suaranya pada Ahad (8/11) pagi di tempat pemungutan suara Yangon, puncak hasil dari berminggu-minggu kampanye yang telah menggalang massa yang antusias dan berharap bahwa pemilu kali ini menjadi pemilu yang paling adil setelah beberapa dasawarsa.

Untuk Suu Kyi sendiri, pemungutan suara tersebut merupakaan saat yang menentukan dalam hidupnya yang selama ini penuh perjuangan politik untuk tanah airnya, yang dibentuk oleh kekuasaan brutal Junta selama beberapa dasawarsa yang baru mulai meringan pada 2011.

Anak dari Jenderal pahlawan kemerdekaan Aung San, Suu Kyi, 70, telah memimpin perlawanan tanpa kekerasan kepada pemerintahan militer negaranya selama tiga dasawarsa yang telah memerlukan pengorbanan pribadi yang tidak sedikit.

Pengritik menyebut reputasinya sebagai ikon hak asasi manusia telah memudar dalam beberapa tahun terakhir saat ia terlibat dalam politik bergolak Myanmar, dan acapkali memilih pragmatisme dari pada idealisme di masa tahanan rumahnya.

Namun pemegang penghargaan Nobel Perdamaian tersebut masih memiliki pengikut setia yang besar bagi Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) miliknya dan ia tetap menjadi kekuatan untuk mereka yang menginginkan Myanmar menyingkirkan masa lalu militernya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement