Ahad 08 Nov 2015 20:37 WIB

Ilmuwan Australia Terima Bantuan Rp 100 Miliar untuk Teliti Obat Malaria

Red:
abc news
abc news

REPUBLIKA.CO.ID, DARWIN  -- Tim penelitian Australia menerima dana hibah senilai 10 juta dolar (atau setara Rp 100 miliar) untuk mengembangkan obat anti-malaria. Langkah ini seiring ketika Pemerintah mengumumkan bahwa memerangi penyakit tropis ini adalah bagian utama rencana untuk membangun wilayah Australia utara.

Profesor James McCarthy dari Institut Penelitian Medis QIMR Berghofer- yang berbasis di Brisbane -menyambut gembira dana hibah Rp 100 miliar dari lembaga ‘Medicines for Malaria Venture’ (MMV), yang bersumber dari Yayasan Bill dan Melinda Gates.

"Saya pikir ini adalah pengakuan dari janji yang kami lakukan dalam hal mengembangkan alat untuk menghilangkan malaria," kata Profesor James di Pertemuan Investasi Australia Utara, di Darwin baru-baru ini.

Malaria adalah endemik di Australia sampai tahun 1960-an, dengan kasus terakhir yang dilaporkan berada di sepanjang Sungai Roper di Wilayah Utara Australia.

Profesor James bergabung dengan Menteri Perdagangan dna Investasi Australia, Andrew Robb, untuk mengumumkan pendanaan baru tersebut.

Dana hibah akan digunakan untuk menguji obat anti-malaria yang menjanjikan itu dengan menyuntikkan sejumlah kecil parasit malaria ke sejumlah relawan dengan kondisi sehat.

Menteri Andrew mengatakan, mengalahkan penyakit tropis adalah bagian penting dari pengembangan utara Australia, dan turut megungkapkan rencana senilai 8,5 juta dolar (atau setara Rp 85 miliar) untuk membantu mengkomersilkan penelitian Australia.

"Tentu saja ada sumber daya dan energi, dan ada pertanian, dan ada begitu banyak yang bisa kami lakukan di daerah, ada pariwisata dan pendidikan," tutur sang Menteri.

Ia menambahkan, "Tapi kekuatan besar lainnya dari Australia dan wilayah utara, adalah kapasitas – berusia 70 tahun dalam banyak kasus -sistem dan kemampuan penelitian di bidang kesehatan tropis.”

"Kami sudah mendapat kapasitas yang luar biasa untuk membuat lebih banyak lagi dari hal ini, karena kami berada di daerah tropis. Wilayah tropis tumbuh 20% lebih cepat ketimbang daerah lain di dunia," sambungnya.

Menteri Utama Queensland, Annastacia Palaszczuk, juga menyambut baik dana MMV itu dan mengatakan, bantuan itu akan memungkinkan para ilmuwan untuk cepat-melacak pengembangan dan pengujian obat malaria dengan biaya yang lebih rendah.

"Pekerjaan mereka akan memiliki manfaat sosial ekonomi, tak hanya bagi Australia dan kawasan Asia-Pasifik, tetapi bagi seluruh dunia," kemukanya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement