Selasa 17 Nov 2015 02:41 WIB

Gambar Assad di Kaus Pelatih Timnas

Pelatih Timnas Suria, Fajr Ibrahim (tengah), mengenakan kaos bergambar Presiden Bashar Al Assad dalam acara jumpa pers di Singapura pada Senin (16/11).
Foto: Reuters/Patrick Johnston
Pelatih Timnas Suria, Fajr Ibrahim (tengah), mengenakan kaos bergambar Presiden Bashar Al Assad dalam acara jumpa pers di Singapura pada Senin (16/11).

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Dengan bahasa tubuh yang mendukung pemimpin negerinya, pelatih timnas Suriah mengenakan kaus bergambar Presiden Bashar al Assad yang sedang tersenyum pada konferensi pers di Singapura pada Senin. Dia pun mengatakan dirinya ingin agar politik tetap dijauhkan dari olahraga.

Sang pelatih, Fajr Ibrahim, ditemani oleh gelandang Osama Omari dan ofisial Asosiasi Sepak Bola Suriah, yang juga mengenakan kaus bergambar Assad, menjelang pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2018 di Singapura pada Selasa.

Konferensi pers itu dilakukan hanya beberapa jam setelah pesawat-pesawat tempur Prancis menyerang posisi-posisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Suriah dan ketika polisi di Eropa memperluas penyelidikan mereka terhadap serangan-serangan terkoordinir di Paris pada Jumat yang menewaskan lebih dari 130 orang.

Pada Sabtu, Rusia, AS, dan kekuatan-kekuatan dari Eropa dan Timur Tengah menguraikan rencana untuk proses politik untuk melaksanakan pemilihan umum di Suriah, namun masih terdapat perbedaan perihal nasib Assad selanjutnya.

Ibrahim berkata bahwa tidak seorang pun memintanya mengenakan kaus itu. "Ini adalah presiden kami, kami bangga karena Tuan Bashar merupakan presiden kami, begitu bangga," ucapnya kepada para pewarta ketika ditanyai mengenai pilihan kausnya. "Karena pria ini berjuang melawan semua teroris di dunia, ia juga berjuang untuk Anda. Ia merupakan pria terbaik di dunia."

Ibrahim mengatakan Assad mendapat dukungan dari timnas Suriah, yang menghuni peringkat 132 dunia dan belum pernah lolos ke putaran final Piala Dunia.

Suriah memainkan pertandingan-pertandingan kandang di Oman karena perang saudara, yang juga berdampak kepada timnas, di mana beberapa pemain memilih terbang ke negaranya atau bergabung dengan kekuatan-kekuatan pemberontak.

Saat ditanyai oleh salah satu pewarta mengenai serangan-serangan di Paris dan apa yang diperjuangkan timnya pada Selasa, Ibrahim berusaha untuk mengalihkan percakapan. "Saya tidak membicarakan hal itu, itu adalah politik. Jika Anda memiliki pertanyaan mengenai Singapura-Suriah maka boleh saja,'' katanya.

Saat kembali ditanyai apakah pemilihan kausnya merupakan sikap politik, Ibrahim membalas,"Ia adalah presiden kami, inilah kami, saya tidak peduli mengenai Prancis atau yang lainnya, saya peduli mengenai negara saya."

Ofisial media Asosiasi Sepak Bola Singapura (FAS) kemudian menanyai pertanyaan-pertanyaan untuk dipusatkan pada pertandingan Selasa di Stadion Nasional, di mana Suriah mengincar kemenangan lain untuk semakin mendekati fase kualifikasi selanjutnya untuk putaran final di Rusia pada 2018.

Suriah menghuni peringkat kedua di Grup E yang berisi lima tim dengan 12 angka, tertinggal satu angka dari pemuncak klasemen Jepang dan unggul dua angka atas tim peringkat ketiga Singapura. Hanya delapan juara grup dan empat runner up terbaik yang dapat melaju ke putaran ketiga, dan juga mengunci tiket untuk Piala Asia 2019 yang akan diselenggarakan di Uni Emirat Arab.

''Tidak ada penggemar Suriah atau media dari negara itu yang diperkirakan akan menyaksikan pertandingan Selasa, yang akan dimainkan di bawah keamanan yang diperketat,'' kata juru bicara FAS kepada The New Paper pada Minggu.

Ibrahim mengatakan timnya fokus pada memenangi pertandingan. "Kami ada di sini untuk membuat rakyat kami gembira," ucapnya. "Semua di dunia melawan kami dan kami akan melawan seluruh dunia di sepak bola."

 

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement