Kamis 26 Nov 2015 21:23 WIB

Jumlah Korban Ranjau Darat Dunia Alami Peningkatan

Petugas mendeteksi ranjau dengan menggunakan metal detector di Provinsi Amran, Yaman, Mei 2013.
Foto: EPA/Yahya Arhab
Petugas mendeteksi ranjau dengan menggunakan metal detector di Provinsi Amran, Yaman, Mei 2013.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kemajuan jangka panjang dalam mengurangi korban ranjau darat telah berbalik pada tahun lalu, para kelompok pemberontak menggunakan ranjau darat di 10 negara yang menjadi jumlah terbesar sejak 2006, ujar para peneliti, Kamis.

Kelompok non-negara masih menggunakan perangkat mematikan tersebut pada 12 bulan hingga Oktober 2015 di Kolombia, Libya, Myanmar, Pakistan, Suriah, Yaman, dan Afghanistan, di mana terdapat peningkatan yang tajam dalam jumlah korban bahan peledak yang diperbarui (IED).

Ranjau darat juga digunakan oleh para pemberontak di tiga negara, yakni Iran, Tunisia, dan Ukraina, di mana mereka tidak digunakan pada tahun sebelumnya dan digunakan juga oleh Myanmar, Suriah, dan Korea Utara.

"Sementara dunia melakukan perkembangan yang hebat, tahun sebelumnya telah memperlihatkan yang sebaliknya dalam hal penggunaan dan korban dari ranjau darat," ujar Jeff Abramson, editor dari penelitian tersebut yang dilakukan oleh kelompok lobi Kampanye Internasional untuk Melarang Ranjau Darat.

Sebanyak 3.678 orang terbunuh atau terluka akibat ledakan ranjau darat pada tahun lalu yang berarti sekitar 10 orang per hari. angka tersebut meningkat dari sebesar 3.308 orang pada 2013 namun jauh dibawah 1999, tahun ketika perjanjian tersebut diberlakukan dimana terdapat sekitar 25 korban tiap harinya.

Jumlah sebenarnya diperkirakan lebih tinggi dari yang tercatat, namun penurunannya masih signifikan karena pencatatan korban telah meningkat seiring berjalannya waktu, ujar laporan Kamis tersebut. Sebagian besar dari para korban, yaitu sekitar 80 persen merupakan warga sipil.

 

sumber : Antara/Thomson Reuters Foundation
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement