Kamis 03 Dec 2015 09:15 WIB

Negara Barat Sedang Siapkan Perang Dunia III

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Ilham
Perang siber (Cyber War). Ilustrasi.
Foto: post.jargan.com
Perang siber (Cyber War). Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pertempuran militer hanya satu dari banyak bentuk peperangan masa kini. Sebaliknya, perang dunia berikutnya bukan melibatkan senjata berat, melainkan perang informasi.

Para pemimpin negara barat berinvestasi miliaran dolar AS untuk megembangkan kemampuan jaringan informasi mereka. Mereka saling mengeksploitasi kerentanan jaringan komunikasi elektronik lawan.

Perang informasi menggabungkan peperangan elektronik, cyberwarfare, dan psychological operation (psy-ops). Ini akan menjadi peperangan di masa depan.

Psy-ops lebih ditujukan untuk merendahkan moral dan kesejahteraan warga suatu bangsa. Ini termasuk di dalamnya menyebarkan informasi palsu, rumor, ketakutan melalui media sosial dan outlet berita. Informasi bisa menyebar ketakutan dengan cepat sehingga menimbulkan kepanikan dari dalam.

Dilansir dari IFL Science, Kamis (3/12), Rusia diduga telah mempraktikkan serangan tidak mematikan ini ke negara tetangganya, seperti Estonia, Georgia, dan Ukraina. Ketiga negara ini mengalami serangan informasi terpadu dari Rusia. Ada bukti yang meyakinkan bahwa pipa gas the Baku-Tbilisi-Ceyhan di Georgia mengalami ledakan hebat akibat serangan virus komputer yang amat canggih.

Bahkan, Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dilaporkan membangun kemampuan peperangan mereka lewat cyberwar. Ini menunjukkan bahwa perang informasi menjadi kunci kemenangan.

Profesor Electrical and Electronic Engineering yang juga Direktur Electronic Warfare Research, City University London, David Stupples mengatakan Inggris merespon hal ini dengan membetuk dua formasi baru. Meraka adalah the 77th Brigade yang bertugas menangani psy-ops dan  the 1st Intelligence, Surveillance and Reconnaissance Brigade yang bertugas memerangi cyberwar dan berfungsi intelijen.

Ratusan ahli komputer direkrut sebagai cadangan. Mereka dilatih dengan bantuan GCHQ’s Joint Cyber Unit.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement