Selasa 08 Dec 2015 14:26 WIB

Australia Teken Komitmen Tahan Laju Pemanasan Global

Pemanasan global (ilustrasi)
Foto:

Seorang petani Kamboja juga mengaku perlu menggali sumur sepuluh kali lebih dalam untuk mendapatkan air, sementara di Kenya, tidak ada hujan antara Desember 2014 dan April 2015.

 

"Ini adalah kilasan peristiwa yang mengkhawatirkan masa depan," kata Profesor Hughes.

 

Seminar di Paris ini juga mendengarkan laporan bahwa limbah makanan tidak hanya berkontribusi terhadap kekurangan pangan tetapi juga merupakan sumber utama emisi gas rumah kaca global.

 

Craig Hanson, Direktur Pertanian, Kehutanan dan Air untuk World Resources Institute, mencatat bahwa 1,3 miliar ton, atau 30 persen dari makanan yang dihasilkan tidak pernah berhasil sampai ke pasar alias busuk terbuang percuma.

 

Hanson mengatakan makanan basi ini menyumbang sekitar delapan persen dari emisi gas rumah kaca global, makanan yang membusuk ini turut menghasilkan gas metana.

 

Badan Meteorologi Inggris dan Program Pangan Dunia PBB telah ikut bergabung untuk menunjukkan skenario perubahan iklim.

 

Skenario ini menunjukkan kecuali pemanasan global bisa kita tekan, pada tahun 2080 beberapa negara sub-Sahara Afrika dan sebagian dari Amerika Selatan akan mengalami kekurangan pangan yang parah.

 

"Progam adaptasi  akan membantu untuk mengatasi tren negatif ini," kata presentasi scenario tersebut.

 

"Adaptasi mungkin tidak mampu mengimbangi semua dampak perubahan iklim di bawah skenario emisi tertinggi tetapi bisa  memperbaiki situasi.

 

"Dalam skenario emisi terendah, dengan melakukan adaptasi dan mitigasi, kita dapat memiliki dampak positif pada keamanan pangan jangka panjang."

 

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2015-12-08/australia-teken-komitmen-tahan-laju-pemanasan-global-15-derajat-celcius/1523312
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement