Jumat 11 Dec 2015 02:24 WIB

Ternyata Rusia Sengaja Kirim Militan Lokal ke Suriah

Rep: C09/ Red: Julkifli Marbun
Para militan ISIS (ilustrasi).
Foto: AP
Para militan ISIS (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW -- Presiden Rusia Vladimir Putin merupakan mitra penting kebijakan luar negeri Amerika Serikat (AS), yaitu perang melawan terorisme Islam. Hal tersebut terbukti ketika pembuat kebijakan AS membebaskan Kepala Dinas Keamanan Federal (FSB) Badan Intelijen Domestik Rusia, Alexander Bortnikov, dari sanksi yang dijatuhkan Departemen Keuangan terhadap pejabat-pejabat Rusia.

Sanksi diberikan kepada birokrat yang terlibat dalam invasi dan kependudukan Crimea dan perang Maskirovka. Bortnikov tidak hanya dibebaskan dari sanksi, ia juga diudang oleh Gedung Putih pada Februari lalu sebagai tamu konferensi "melawan kekerasan ekstrimisme," sedangkan Kepala FBI James Comey tidak diundang.

Dilansir The Daily Beast, Agustus lalu, sebuah penyelidikan yang dilakukan salah satu koran di Rusia, Novaya Gazeta, menunjukan adanya fakta bahwa Rusia bermain di dua kaki di konflik Suriah, selain mendukung rezim tapi juga sebelumnya membantu pengiriman para militan ke pihak pemberontak.

Berdasarkan penelitian di lapangan, tepatnya di salah satu desa di Kaukasus Utara, reporter Elena Milashina menyimpulkan Dinas Khusus Rusia justru mengatur jalan militan lokal menuju Suriah. Para militan itu tidak hanya bergabung dengan ISIS, tapi juga dengan faksi-faksi radikal lainnya. Dengan kata lain, Rusia telah menambah jajaran teroris yang mereka tuduh merupakan musuh dari diktator Mediterania, Bashar al-Assad.

Logikanya adalah lebih baik para teroris itu pergi keluar negeri dan berperang di Suriah, daripada mengganggu keamanan Rusia.

Baca: Bakal Capres AS Ini Dituding ingin Dirikan 'American Caliphate'

Milashina, dalam studi kasusnya di Desa Novosasitili di Khasavyurt, Dagestan, mengungkapkan sejak 2011, 1 persen dari total penduduk di desa tersebut pergi ke Suriah, yaitu sebanyak 22 orang dari 2,500 penduduk. Dari angka itu, lima orang tewas dan lima lainnya telah kembali ke rumah.

Para militan itu tentu saja tidak bisa keluar Rusia tanpa bantuan pihak luar. Dalam hal ini, FSB berusaha membuat jalur hijau bagi para militan lokal untuk bermigrasi melalui Turki dan kemudian ke Suriah.

"Saya kenal seseorang yang telah berperang selama 15 tahun," ujar Kepala Desa Novosasitili, Akhyad Abdullaev.

Menurutnya, para penduduk itu berjuang di Chechnya, Afghanistan, Irak, dan sekarang Suriah. Di desanya, ada seorang calo yang bekerjasama dengan FSB untuk membawa beberapa militan untuk dikirim ke luar negeri untuk jihad.

Baca: Ini Video 'Jihadis Amerika' di Suriah yang Mengaku Berjuang untuk Demokrasi

Milashina kemudian mewawancarai 'calo' yang disebutkan Abdullaev. Calo mengatakan ia berperan sebagai perantara antara FSB dan militan lokal dalam mengatur keberangkatan mereka ke Suriah. Pada 2012, misalnya, ia membantu seorang pria yang dikenal sebagai 'orang yang sangat berbahaya' untuk pergi ke Turki, jika pria itu mau berhenti berjuang di Dagestan. FSB lalu bertugas memberikan paspor dan bertindak sebagai agen perjalanan sang militan.

Baca: ISIS, Snowden, dan Teror Paris

"Itu waktu 2012, sebelum jalan ke Suriah terbuka. Lebih tepatnya, FSB yang membuka jalan tersebut," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement