Rabu 06 Jan 2016 20:05 WIB

Meteor Lebih Tua dari Bumi Ditemukan di Pedalaman Australia

Para peneliti dari Curtin University, Robert Howie dan Phil Bland (kiri -kanan) menunjukan batu meteor berusia 4,5 miliar tahun yang jauh lebih tua dari usia planet bumi.
Foto: abc
Para peneliti dari Curtin University, Robert Howie dan Phil Bland (kiri -kanan) menunjukan batu meteor berusia 4,5 miliar tahun yang jauh lebih tua dari usia planet bumi.

REPUBLIKA.CO.ID, AUSTRALIA SELATAN -- Sebuah meteor yang diperkirakan berusia 4,5 miliar tahun berhasil digali oleh para peneliti Perth di Lake Eyre, sebuah kawasan terpencil di pedalaman Australia Selatan. 

Seakan berpacu dengan waktu, para pakar geologi dari Curtin University, Perth berhasil menggali batu  meteorit seberat 1,7 kilogram hanya beberapa jam sebelum hujan lebat yang dapat saja menghilangkan jejak itu.
 
Tim peneliti dari Curtin University ini telah berusaha  melacak situs jatuhnya benda luar angkasa ini setelah sempat terlhat oleh warga setempat dan dengan lima kamera jarak jauh pada akhir November di daerah William Creek dan Marree.

Tapi pada malam tahun baru, sebagaimana terjadi juga di berbagai kota lainnya, turun hujan sangat lebat, dan membuat tim pnj tim seperti sedang mencari jarum ditumpukan jerami.

 
Pemimpin tim peneliti Curtin University, Phil Bland menggali batu meteor itu dengan tangan disebuah lubang berdiameter  42 sentimeter di bagian terpencil dari dasar danau yang mengering hanya beberapa jam sebelum turun hujan lebat yang bisa menyapu semua petunjuk yang tersisa.
 
"Ini adalah upaya tim yang luar biasa, kami sampai disana dalam waktu yang nyaris terlambat," kata Profesor Bland.
 
"Umur batu meteor ini jauh lebih tua dari usia planet Bumi. Ini adalah batu tertua yang pernah dipegang manusia. Batu ini berasal dari luar orbit Mars, sehingga masuk antara Mars dan Jupiter," katanya

 

Operasi penggalian selama 3 hari untuk menemukan meteor tersebut melibatkan spotter udara, pesawat tak berawak, dua peneliti yang menggunakan sepeda roda 4 dan pemandu warga Aborijin,  Dean Stuart dan Dave Strangways yang mencari jejak dengan membaca jejak di tanah liat.
 
Pengamatan dari udara ternyata menjadi bagian penting dari penelitian ini mengingat hujan telah membuat dampak yang buruk pada lokasi jatuhnya batu meteor tersebut. Sebuah tim di Perth juga bekerja sepanjang waktu untuk menganalisis data yang masuk dari daerah pencarian.
 
Batu meteor ini merupakan hasil pertama dari jaringan pengamatan baru yang menggunakan 32 buah kamera jarak jauh di seluruh Australia Barat dan Australia Selatan, dimana jaringan ini membantu mengerucutkan area pencarian hingga garis berjarak 500 meter.

Insinyur Mechatronic, Jonathan Paxman mengatakan lokasi jatuhnya meteor ini sangat sulit diakses, karena terletak lebih dari 6 kilometer dari bagian terpencil di pinggir danau Eyre dan permukaannya dipenuhi lumpur karena curah hujan yang tinggi.

"Fakta kita berhasil mengambil batu meteor itu sangat luar biasa, mengingat sulitnya medan menuju lokasi jatuhnya meteor tersebut," kata  Dr Paxman.

Professor Bland mengatakan batu meteor yang diduga jenis chondrite atau meteorit batuan, dapat memberikan contoh materi yang dibuat selama pembentukan awal tata surya lebih dari 4,5 miliar tahun yang lalu.

Meteorit ini satu dari hanya 20 buah batu meteor yang ditemukan di seluruh dunia yang diketahui orbit asalnya, hal ini memungkinkan tim untuk melacak kembali hingga ke asteroid aslinya.
 
"Meteorit ini memiliki makna khusus, karena kamera pengamatan yang digunakan untuk menghitung posisi jatuhnya posisi batu meteor ini memungkinkan sistem solar dari batu meteor ini bisa dihitung juga, karena itu batu meteor ini memberikan informasi kontekstual penting untuk studi di masa depan," kata Profesor Bland

"Dan ini bukan hal sepele karena lembaga antariksa seperti NASA atau  JAXA akan rela menghabiskan miliaran dolar untuk mencapai asteroid dan membawa sampelnya ke bumi, jadi saat ini kita berpeluang mempelajarinya tanpa harus mengeluarkan uang sebanyak itu,"

Para peneliti telah menanyakan kepada para pemilik tanah setempat, masyarakat Arabana, untuk memberi nama bagi batu meteor itu dalam bahasa mereka setelah fitur Kati Thanda-Lake Eyre.

Sementara itu tim peneliti ini juga telah berhasil mengidentifikasi 10 lagi lokasi jatuhnya meteor yang perlu diselidiki.

sumber : http://www.australiaplus.com/indonesian/2016-01-06/batu-meteor-berusia-45-miliar-tahun-ditemukan-di-pedalaman-australia-selatan/1533150
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement