Ahad 10 Jan 2016 12:10 WIB

Wisata Luar Angkasa Makin Marak, Peminat Diminta Perhatikan Risiko Medis

Red:
Luar Angkasa
Foto: ap
Luar Angkasa

REPUBLIKA.CO.ID, ADELAIDE  -- Dengan adanya rencana penerbangan luar angkasa komersial yang makin marak, muncul peningkatan minat terhadap kedokteran ruang angkasa.

Para dokter dari seluruh Australia telah melakukan pertemuan di Adelaide untuk lebih memahami resiko kesehatan yang berhubungan dengan perjalanan luar angkasa.

Asosiasi Kedokteran Luar Angkasa Australasian mengadakan konferensi tiga hari yang membahas tantangan medis yang melingkupi manusia di luar angkasa. Pembicara tamu dan mantan astronot Kanada, Dr Robert Thirsk, menghabiskan 205 hari di luar angkasa.

Ia ingin agar lebih banyak orang melihat sendiri apa yang terjadi di luar Bumi. "Saya tak sabar menunggu hari ketika kita terbang tak hanya puluhan atau ratusan orang per tahun, tapi puluhan ribu orang per tahun," harapnya baru-baru ini.

Dr Robert mengatakan, pemahaman lebih baik tentang risiko medis dari perjalanan luar angkasa begitu penting.

"Lingkungan luar angkasa, hampa, temperatur yang ekstrim, radiasi, massa tubuh begitu cukup sulit untuk tubuh manusia," ungkapnya.

Ia berujar, "Kami bertekad untuk terus mengeksplorasi ruang angkasa sehingga kami harus menyiapkan langkah-langkah penanganan medis yang memungkinkan astronot untuk melanjutkan dan bereksplorasi di ruang angkasa."

Sejumlah studi yang mencari cara untuk menangkal dampak fisiologis tengah dilakukan.

Dr Gordon Cable dari Asosiasi Kedokteran Luar Angkasa Australasian mengatakan, resiko perjalanan luar angkasa masih belum banyak diketahui.

"Kami membutuhkan banyak penelitian di banyak sektor yang berbeda dan saat ini, kita memiliki populasi manusia yang telah terbang ke luar angkasa sangat terbatas," sebutnya.

Ia menambahkan, "Ada banyak hal yang masih kita tak ketahui tentang luar angkasa dan efeknya pada fisiologi manusia."

Dr Gordon mengatakan, masalah yang akan dihadapi turis luar angkasa adalah menyesuaikan diri dengan mikrogravitasi.

"Mungkin itu salah satu aspek yang menarik dari penerbangan luar angkasa bagi banyak wisatawan tapi itu memiliki beberapa resiko tak terduga seperti mabuk gravitasi dan interaksi dengan proses penyakit tertentu yang mungkin dimiliki pasien, misalnya masalah sistem kardiovaskular yang mereka alami atau dengan obat yang mereka konsumsi," jelasnya.

Dr Robert mengatakan, tantangan ini bisa diatasi.

"Jawabannya tentu adalah menerbangkan lebih banyak orang, dan era baru pariwisata luar angkasa yang segera datang mungkin memungkinkan kami untuk melakukan penelitian medis lebih lanjut dengan adanya lebih banyak orang," utaranya.

Ia lantas mengimbuhkan, "Tapi nomor satu kami harus memastikan masyarakat sadar akan resikonya, dan nomor dua, memungkinkan sebanyak mungkin orang untuk terbang tapi mengetahui bahwa ada beberapa batasan kesehatan, ada beberapa batasan kebugaran yang jika tak Anda penuhi, Anda tak bisa terbang."

Dr Robert mengatakan, sementara perjalanan luar angkasa komersial belum lepas landas, pengujian medis para astronot di luar angkasa itu memiliki efek domino bagi orang-orang di daratan.

"Misalnya osteoporosis ... ini sangat mirip dengan apa yang terjadi pada astronot di orbit, tapi empat kali lebih cepat. Jadi kami menjadi kelinci percobaan untuk membantu para peneliti di daratan lebih memahami osteoporosis, mekanismenya dan apa penanggulangan serta perawatan yang bisa dilakukan," kemukanya.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement