REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Diet detoks sangat populer sekarang ini. Dengan klaim mampu membersihkan tubuh Anda dari "racun" yang dihasilkan pola makan dan gaya hidup yang buruk, diet ini disebut membuat tubuh anda bersih dan terevitalisasi, dan mungkin beberapa kilo lebih ringan.
Tetapi apakah program yang sering melibatkan konsumsi bubuk dan ramuan mahal, benar-benar meningkatkan kesehatan Anda?
Tim Crowe, seorang profesor bidang nutrisi di Universitas Deakin, mengatakan umumnya tak begitu. Ini adalah pandangan yang didukung oleh banyak orang, termasuk tinjauan menyeluruh atas studi dari 8 diet detoks populer yang diterbitkan dalam Jurnal Nutrisi dan Diet Manusia pada 2015.
"Banyak hal yang mereka sarankan untuk dihindari sebenarnya bukan ide yang buruk. Jika Anda menjauhi alkohol, berhenti merokok, dan makan lebih sedikit junk food, Anda akan merasa lebih baik. Tapi itu bukan karena Anda menghilangkan racun. Anda hanya memasukkan sampah lebih sedikit dalam tubuh Anda," jelasnya.
Tapi Profesor Tim menyebut anggapan tubuh kita perlu "dibersihkan" dari racun yang ditimbulkan gaya hidup tak didukung bukti ilmiah.
"Kami menemukan zat beracun sepanjang waktu, tetapi tubuh kita melakukan pekerjaan yang sangat baik untuk mengenyahkan mereka," ujarnya.
Buah dan sayuran, misalnya, mengandung insektisida alami yang bisa berbahaya bagi tubuh kita. Tapi ginjal, hati dan usus kita efektif menetralisir zat tersebut dalam beberapa jam setelah kita mengonsumsi mereka, mengubahnya menjadi produk yang bisa dikeluarkan dari tubuh kita.