Senin 18 Jan 2016 11:06 WIB

Pascaserangan Mematikan, Burkina Faso dan Mali Jalin Kerja Sama

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Winda Destiana Putri
Kerusakan di depan Hotel Splendid di Ougadougou, Burkina Faso, setelah redanya serangan yang diduga dilakukan Alqaidah, Sabtu waktu setempat (16/1).
Foto: EPA
Kerusakan di depan Hotel Splendid di Ougadougou, Burkina Faso, setelah redanya serangan yang diduga dilakukan Alqaidah, Sabtu waktu setempat (16/1).

REPUBLIKA.CO.ID, OUAGADOUGOU -- Burkina Faso dan Mali telah sepakat untuk bekerja sama melawan ancaman dari militan di Afrika Barat.

Mereka berbagi intelijen dan melakukan patroli keamanan bersama setelah dua serangan mematikan dan terkoordinasi baik di wilayah tersebut.

Perdana Menteri kedua negara bertemu Ahad (17/1), dua hari setelah militan Alqaidah mengepung Hotel Splendid di ibu kota Burkina Faso, Ouagadougou.

Militan menembaki sebuah restoran dan menyerang hotel lain di dekatnya. Insiden tersebut menewaskan sedikitnya 28 orang dari setidaknya tujuh negara dan melukai 50 orang lainnya.

Serangan diklaim oleh Alqaidah di Maghreb Islam (AQIM) yang juga melakukan serangan serupa pada November di sebuah hotel mewad di ibu kota Mali, Bamako. Serangan itu menewaskan 20 orang termasuk warga negara Rusia, Cina dan Amerika Serikat.

Dalam sebuah pernyataan pada serangan Burkina Faso yang dilaporkan oleh SITE Intelligence Group, AQIM mengatakan operasi diberkati itu hanyalah setetes di lautan jihad global.

Kelompok militan itu mengidentifikasi tiga penyerang menargetkan hotel dan sekitarnya yang dianggap sarang paling berbahaya spionase global Barat terhadap benua Afrika.

Tidak jelas rincian kerja sama Burkina Faso dan Malii. Namun, patroli dan berbagi intelijen oleh kedua negara dilakukan untuk mencegah penyebaran militansi AQIM dan lainya memperluas operasi di kawasan tersebut.

Selama bertahun-tahun, militan Islam telah menggunakan Mali utara sebagai basis, tapi selama tahun lalu mereka melakukan sejumlah serangan di bagian lain negara. Otoritas Burkina Faso sekarang khawatir perbatasan panjang padang pasir dengan Mali bisa menjadi titik transit bagi militan.

"Ada kemauan politik yang sangat kuat dari kedua negara untuk menggabungkan upaya memerangi terorisme," kata PM Burkina Faso Paul Kaba Thieba dilansir Reuters.

Thieba dan PM Mali Modibo Keita mengunjungi Hotel Splendid dari luar pada Ahad (17/1). Mereka melihat lubang peluru dan beberapa eksterior yang hangus mengingatkan serangan Jumat malam.

Keamanan ketat ditempatkan di sekitar hotel. Di dalam, pejabat keamanan Prancis dan Burkinabe melakukan penyelidikan.

Pasukan keamanan Burkina Faso merebut kembali 146 kamar hotel pada Sabtu (16/1) setelah abku tembak dengan gerliyawan. Korban selamat mengatakan, para militan menargetkan kulit putih di hotel dan restoran yang populer di kalangan orang Barat.

Menurut angka sementara, korban tewas di antaranya delapan warga Burkinabe, empat warga Kanada, tiga warga Ukraina, dua warga Portugis, dua warga Prancis, dua warga Swiss dan satu warga negara Belanda. Tujuh jasad belum diidentifikasi dan daftar korban jiwa dapat berubah.

Seorang anak sembilan tahun berkebangsaan Italia dan ibunya tewas dalam serangan di restoran Cappuccino. Anak bernama Michel Santomenna dan ibunya adalah anak dan istri dari pemilik restoran Gaetano Santomenna.

"Italia akan terus bekerja untuk memastikan masyarakat internasional tetap bersatu dan mengintensifkan upaya untuk memerangi ancaman teroris, yang sekali lagi menunjukkan wajah paling kejam dan tidak manusiawi dengan menargetkan warga sipil tak berdosa," kata Kementerian Luar Negeri Italia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement