REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Nilai harta 62 orang terkaya dunia sama dengan jumlah harta yang dimiliki setengah populasi di dunia, yaitu sekitar 3,5 miliar orang, kata sebuah badan amal internasional Oxfam, Senin (19/1).
Menurut mereka, orang superkaya menjadi tambah kaya dan si miskin menjadi tambah miskin. Oxfam, dalam sebuah laporan yang dipublikasikan di depan pertemuan tahunan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Switzerland, menyebutkan kekayaan 62 orang tersebut bertambah sebanyak 44 persen sejak 2010, sementara kekayaan 3,5 miliar penduduk miskin berkurang 41 persen.
Hampir setengah dari orang terkaya itu berasal dari Amerika Serikat, 17 orang dari Eropa, dan sisanya berasal dari beberapa negara, termasuk Tiongkok, Brasil, Meksiko, Jepang, dan Arab Saudi.
"Keprihatinan para pemimpin dunia atas semakin tingginya ketimpangan sejauh ini tidak diterjemahkan dalam tindakan nyata --dan dunia ini menjadi tempat yang tidak seimbang dan kecenderungan tersebut semakin meningkat," kata Direktur Eksekutif Oxfam International Winniw Byanima dalam sebuah laporan.
"Kita tidak dapat terus membiarkan ratusan juta orang kelaparan, sementara sumber daya yang dapat digunakan untuk mereka malah diisap oleh orang-orang yang berada di atas," ungkap Byanima.
Sekitar 7,6 triliun dolar AS kekayaan individu terkaya ini berada di negara bebas pajak. Dan jika pajak tersebut dibayarkan atas penghasilan itu, tambahan 190 miliar dolar AS akan tersedia untuk pemerintah setiap tahunnya, kata asisten profesor di Universitas California Gabriel Zucman.
Sebanyak 30 persen dana warga Afrika berada di luar negeri, sekitar 14 miliar dolar AS pendapatan pajak hilang setiap tahunnya, kata Oxfam, mengacu pada perhitungan Zucman. Uang tersebut cukup untuk membayar pusat kesehatan yang dapat menyelamatkan empat juta nyawa anak-anak setiap tahunnya dan mempekerjakan guru agar setiap anak Afrika dapat sekolah, kata Oxfam dalam laporannya.
"Perusahaan multinasional dan elite kaya menggunakan peraturan berbeda dibandingkan dengan setiap orang, menolak membayar pajak yang dibutuhkan masyarakat. Faktanya, 188 dari 201 perusahaan terkemuka memiliki setidaknya satu kehadiran di kawasan ringan pajak menunjukkan waktunya untuk bertindak," kata Byanima.
"Memastikan pemerintah mengumpulkan pajak dari pemilik perusahaan dan orang kaya akan menjadi penting jika pemimpin dunia memenuhi tujuan mereka untuk mengurangi kemiskinan pada 2030 yang menjadi satu dari 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pada September," kata Oxfam.