REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel tetap melanjutkan rasa sentimen negatif terhadap kesepakatan nuklir Iran. Kesepakatan tersebut membuat Iran terbebas dari sejumlah sanksi penting.
Menteri Pertahanan Israel Moshe Ya'lon berbicara di National Security Studies (INSS) mengatakan, "Iran adalah musuh utama kami. Dan jika disuruh memilih konflik terbuka apakah dengan Iran atau ISIS, kami memilih ISIS," ujarnya.
Secara logika, kata dia, ISIS pada akhirnya akan dikalahkan. Sementara, Iran akan terus menebar ancaman dengan melakukan pendekatan ke Barat.
"Iran merupakan rezim penipu yang memiliki tujuan untuk mendominasi kawasan. Hizbullah merupakan proksi Iran yang bisa mendeklarasikan perang," ujarnya.
Menurut Ya'alon, kesepakatan nuklir hanya akan memundurkan waktu dari tiga bulan ke satu tahun. Namun, pada akhirnya Iran akan mampu memproduksi senjata nuklir lebih cepat.
Enam negara berpengaruh, termasuk AS, telah menyepakati kesepakatan nuklir Iran. Berdasarkan kesepakatan itu, Iran memangkas cadangan uranium dan tingkat pengayaannya sehingga tidak bisa membuat senjata nuklir. Sebagai balasan, sejumlah sanksi Iran dicabut secara bertahap.
Baca juga, Ini 25 Senjata Mematikan Milik ISIS.