REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani akan melakukan perjalanan pertamanya ke luar negeri pascapencabutan sanksi. Ia akan memimpin 120 delegasi yang terdiri dari pengusaha, menteri perminyakan dan gas serta pejabat pemerintah lainnya dalam kunjungan lima hari ke Paris dan Roma.
Sepekan setelah hampir semua sanksi dicabut, pejabat Prancis dan Italia belum memperkirakan kesepakatan utama yang akan ditandatangani dalam kunjungan Rouhani. Tapi Rouhani sendiri telah berbicara mengenai jalan panjang integrasi ekonomi Iran dengan dunia.
"Ini merupakan kunjungan penting. Sudah waktunya mengganti halaman dan membuka pintu utnuk kerjasama dengan negara kami di area berbeda," ujar pejabat senior Iran.
Kunjungan ke Prancis merupakan yang pertama bagi Presiden Iran sejak 1999. Ini akan memberikan kesempatan untuk memuluskan hubungan, sebab selama ini Paris keras terhadap Iran dalam perundingan nuklir. Prancis juga vokal menyuarakan kecaman atas dukungan Iran untuk Bashar al-Assad dan intervensi Teheran lainnya di Timur Tengah.
"Kepercayaan perlu dibangun. Ini seperti cinta. Hanya bukti cinta yang penting," kata seorang diplomat senior Prancis.
Sejak Juli, Prancis sudah lebih melunak dengan Iran. Delegasi ekonomi dan politik senior Prancis telah mengunjungi Teheran pada September. Sekitar 130 perusahaan ikut ambil bagian di sektor pertanian hingga konstruksi dan pariwisata untuk meletakkan dasar kesepakatan bisnis pertama kedua negara sejak kesepakatan nuklir.
Perusahaan minyak seperti Total, Airbus dan produsen mobil Peugeot juga tertarik pada peluang baru.
Baca juga, Setelah Sanksi Dicabut Iran Makin Merapat ke Cina.
Sementara Italia lebih optimis karena memiliki hubungan ekonomi yang erat dengan Teheran. Lembaga kreditor ekspor Italia, Sace, memperkirakan ekspor Italia ke Iran mungkin akan naik sekitar 3 miliar euro pada periode empat tahun antara 2015 hingga 2018. Ekspor diperkirakan mencapai 1,56 juta euro tahun lalu.