REPUBLIKA.CO.ID, NAIROBI --Sebanyak 12 pengungsi Somalia telah meninggal dan lebih dari 1.500 orang terserang kolera di kompleks kamp pengungsi terbesar di dunia Dadaab di Kenya Timur. Peristiwa tersebut terjadi dalam dua pekan belakangan ini.
Komsariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) mengatakan bersama dengan pekerja dari lembaga bantuan lain, lembaga PBB itu bekerja untuk menghentikan penyebaran wabah tersebut. Mereka mendirikan empat pusat pengobatan kolera dengan lebih dari 200 ranjang untuk menghadapi wabah itu.
"Hingga 31 Januari, wabah tersebut telah menyerang lebih dari 1.535 orang dan mengakibatkan hilangnya nyawa 12 pengungsi," kata UNHCR dalam laporan dwi-mingguannya yang disiarkan di Nairobi, Senin (15/2).
Badan pengungsi PBB tersebut mengatakan satu tim pemantau wabah kolera yang terdiri atas pekerja bantuan termasuk pejabat dari lembaga pemerintah Kenya dibentuk segera setelah kasus pertama wabah kolera dilaporkan. "Selain itu, para pemimpin pengungsi, komite pengairan, kebersihan dan kesehatan (WASH) dan masyarakat umum telah terlibat secara aktif dalam upaya ini. Mereka bekerja sama dengan semua lembaga dalam meringankan dan mengendalikan kolera," kata UNHCR, Selasa (16/2).
Kolera menular melalui air minum yang tercemar dan menyebabkan diare parah. Wabah tersebut telah bertambah parah akibat beberapa pekan terjadi hujan lebat di Kenya. Segera setelah orang terinfeksi melalui air yang tercemar atau makanan, kolera menyebar dengan cepat. Penyebaran itu dipercepat oleh praktek kesehatan yang buruk dan kebersihan yang tidak layak. Penyakit tersebut hanya dapat dihentikan dengan peningkatan kondisi kesehatan.
UNHCR menyatakan kegiatan peningkatan kesehatan dan kesadaran masyarakat adalah bagian utama dari reaksi yang lebih luas guna meringankan dampak hujan dan mengendalikan penyebaran lebih jauh wabah kolera di berbagai kamp pengungsi. "UNHCR dan lembaga mitranya telah melakukan pembagian sabun, rumah dan pembersihan kuman di kakus serta kegiatan peningkatan kesehatan di lima kamp di Dadaab," tulis beberapa laporan.
Dadaab tengah menghadapi musim hujan. Kali ini menghadapi hujan lebat akibat El Nino selama November dan Desember 2015. Laporan itu beredar saat kekurangan gizi terus mengancam nyawa ribuan anak di seluruh Somalia. Situasi ini diperparah oleh terhalangnya akses kemanusiaan di wilayah tengah selatan negeri tersebut.