Jumat 11 Mar 2016 10:13 WIB

Bocornya Identitas Militan ISIS Bantu Ungkap Rencana Serangan

Rep: Gita Amanda/ Red: Ani Nursalikah
Militan ISIS kuasai Irak dan Suriah.
Foto: NBCnews
Militan ISIS kuasai Irak dan Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Seorang mantan anggota kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) telah memberikan data memori yang dicurinya kepada seorang wartawan Inggris. Data rahasia tersebut berisi identifikasi 22 ribu pendukung ISIS di 50 negara, yang dapat membantu mengungkap rencana serangan ISIS.

Mantan kepala kontraterorisme global di dinas rahasia Inggris MI6, Richard Barrett, mengatakan informasi ini merupakan 'kudeta' fantastis dalam memerangi ISIS. "Ini akan menjadi tambang emas mutlak informasi penting yang sangat besar dan menarik bagi sangat banyak orang, terutama keamanan dan intelijen," kata Barett kepada Sky News, Kamis (10/3).

Sumber-sumber keamanan Barat mengatakan, file asli ini merupakan harta berharga yang bisa membantu mengidentifikasi para penyerang potensial dan jaringan simpatisan di belakang mereka. Ini juga bisa memberikan wawasan mengenai struktur kelompok.

Reuters tak dapat secara independen memverifikasi dokumen, mengingat asal mereka. Beberapa data pilihan diterbitkan dalam bahasa Arab.

Para pemimpin Barat mengatakan ISIS, yang telah menyatakan diri sebagai khalifah di sebagian besar Suriah dan Irak, menimbulkan bahaya yang lebih besar ke Barat dari Alqaidah. Mereka menggunakan interpretasi militan untuk membenarkan serangan terhadap musuh dan penggunaan kekerasan ekstrem, termasuk pemerkosaan dan pemenggalan, terhadap orang-orang yang dilihatnya sebagai orang kafir.

Saat ditanya mengenai pandangannya terkait dokumen ini, Direktur Studi Keamanan Internasional di United Services Institute di London, Raffaello Pantucci mengatakan ini tampaknya cukup berharga. "Ini sangat menarik sebagai hadiah nyata bagi para penyelidik dalam memahami kelompok ini lebih jauh. Kunci bagi saya dalam banyak hal bagaimana pun ini menyoroti birokrasi organisasi yang agak mirip sebenarnya dengan Alqaidah," kata Pantucci.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement