REPUBLIKA.CO.ID, LARNACA -- Insiden pembajakan pesawat EgyptAir di Siprus diduga bermotif percintaan. Pelaku diperkirakan mengalami tekanan atas masalah keluarga.
Setelah pesawat EgyptAir mendarat di Bandara Larnaca, pembajak membebaskan semua penumpang kecuali tiga penumpang dan empat awak. Pejabat Mesir dan Siprus mengatakan sekitar 60 orang termasuk tujuh awak dibebaskan dari pesawat Airbus 320 yang dibajak pada Selasa (29/3).
Mengutip sumber-sumber keamanan, media pemerintah Siprus mengatakan, motif pembajakan bersifat pribadi. Ia disebut-sebut meminta menghubungi mantan istrinya yang tinggal di Siprus.
Seorang pejabat penerbangan sipil berbicara dengan syarat anonim mengatakan, pelaku memberi negosiator nama seorang wanita di Siprus dan memberikan amplop. Pejabat itu mengatakan tak jelas hubungan pelaku dengan orang yang dikirimi surat.
Saksi mata mengatakan, pembajak melemparkan surat berbahasa Arab ke apron bandara di Larnaca. Pelaku menurut saksi meminta surat itu disampaikan ke mantan istrinya di Siprus.
Motif resmi pelaku belum diketahui pasti. Tapi Presiden Siprus Nicos Anastasiades mengatakan, pembajakan tersebut bukan sesuatu yang berhubungan dengan terorisme. "Ini bukan sesuatu yang harus dilakukan dengan terorisme," kata Anastasiades kepada wartawan.
Saat ditanya apa ada keterlibatan perempuan atas insiden ini, ia mengatakan selalu ada perempuan yang terlibat.
Media pemerintah Mesir sebelumnya mengidentifikasi pelaku sebagai Ibrahim Samaha. Ia disebut-sebut sebagai warga Mesir, namun tak ada rincian lebih lanjut mengenainya. Juru bicara pemerintah Mesir Hossam al-Queish juga mengidentifikasi pria yang membajak pesawat sebagai Ibrahim Samaha.
Baca juga, Pesawat Mesir Dibajak.
Namun Wakil Dekan di Universitas Alexandria Gamal al-Omrawi mengatakan, Samaha merupakan penumpang pesawat dan bukan pembajak. Omrawi mengatakan telah berbicara melalui telepon dengan Samaha. Pria itu menegaskan Samaha merupakan salah satu penumpang yang dibebaskan.