Rabu 30 Mar 2016 08:24 WIB

Penumpang Pesawat yang Dibajak Sudah Tiba di Bandara Kairo

Polisi berjaga di Bandara Larnaca dekat pesawat EgyptAir yang dibajak, Selasa, 29 Maret 2016.
Foto: Reuters/Yiannis Kourtoglou
Polisi berjaga di Bandara Larnaca dekat pesawat EgyptAir yang dibajak, Selasa, 29 Maret 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Penumpang pesawat Mesir yang sebelumnya dibajak telah tiba di Bandar Udara Internasional Kairo pada Selasa malam (29/3). Pada Selasa, semua 81 penumpang --termasuk 21 orang asing-- dibebaskan di Siprus dan pembajaknya ditangkap.

Pesawat Airbus 320 milik EgyptAir sedang dalam penerbangan dari Iskandariyah menuju Kairo, sebelum dibajak oleh Seif-Eddin Mostafa, warga negara Mesir yang berusia 59 tahun dan mengenakan sabuk peledak palsu serta memaksa awak pesawat mendaratkan pesawat tersebut di Bandar Udara Larnaca di Siprus.

Pesawat itu membawa sebanyak 55 penumpang dan tujuh anggota awak ketika dibajak. Semua penumpang meliputi warga negara Mesir serta orang asing dari Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Prancis, Italia, Yunani dan Suriah, kata Kepala Bandar Udara Borg Al-Arab di Iskandariyah kepada stasiun televisi Mesir.

Setelah pesawat tersebut mendarat di Bandar Udara Larnaca pada pukul 08.50 waktu setempat (12.50 WIB), pembajaknya membebaskan sebagian besar orang di dalam pesawat kecuali empat anggota awak dan tiga penumpang.

Dinas Penerbangan Sipil Mesir sebelumnya mengatakan pembajak itu telah mengancam akan meledakkan sabuk peledak yang melingkari tubuhnya, yang belakangan dipastikan sebagai peledak palsu oleh pihak berwenang Siprus setelah pria tersebut ditangkap.

Perdana Menteri Mesir Sherif Ismail, yang disertai oleh Menteri Penerbangan Sipil Sherif Fathy --yang pada Selasa siang terbang ke Siprus-- bertemu dengan semua penumpang dan anggota awak penerbangan di bandar udara itu.

"Kebanyakan ahli keamanan kami mengkonfirmasi bahwa sabuk yang dipakai pembajak bukan peledak," kata Menteri Penerbangan tersebut kepada wartawan di bandar udara.

"Sabuk itu bukan peledak dan itu sebabnya tidak terlihat di mesin pemeriksa keamanan di bandar udara, tanpa bahan apa pun yang bisa dideteksi," ia menambahkan.

Kementerian Dalam Negeri mengatakan di dalam satu pernyataan pada Selasa bahwa pria tersebut memiliki mantan istri, yang berkebangsaan Siprus. Ia pernah dihukum penjara tapi melarikan diri di tengah kerusuhan politik pada 2011, lalu kembali ke penjara pada Januari 2014 dan dibebaskan tahun lalu.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement