REPUBLIKA.CO.ID, LARNACA -- Pelaku pembajakan pesawat EgyptAir mengatakan kepada polisi ia melakukan aksinya karena ingin melihat istri dan anak-anaknya yang diasingkan ke Siprus. Ia mengaku tak bertemu keluarganya itu selama 24 tahun.
Dilansir Aljazirah, pria 59 tahun yang diidentifikasi sebagai Seif el-Din Mustafa membajak pesawat EgyptAir MS181 pada Selasa (29/3) pagi. Ia kemudian menyerahkan diri setelah lima jam penyanderaan.
"Ketika seseorang belum melihat keluarganya selama 24 tahun dan ingin melihat istri dan anaknya, dan pemerintah Mesir tak menginzinkan hal itu, apa yang harus dilakukan," kata pembajak kepada polisi Siprus dalam sebuah pernyataan.
Saat dibawa keluar dari pengadilan dengan sebuah jip polisi, Mustafa mengeluarkan tangannya dari jendela dan memberkan tanda 'V' yang berarti victory atau kemenangan. Pengadilan Larnaca, Rabu (30/3) memerintahkan Mustafa ditahan dalam tahanan selama delapan hari atas dugaan pembajakan, penculikan dan mengancam keamanan. Ia juga dituduh melakukan pelanggaran berkaitan dengan terorisme dan kepemilikan bahan peledak.
Petugas Penyelidik Andreas Lambrianou mengatakan kepada pengadilan, tersangka mendekati seorang pramugari dan memamerkan sabuk sambil memegang kendali. Tersangka kemudian meminta semua penumpang dan awak menyerahkan paspor mereka.
Menurut dia, pelaku meminta pilot diberitahu ia pembajak dan ingin mendarat di sebuah bandar udara di Turki, Yunani atau Siprus, tetapi sebaiknya Siprus. Ia mengancam jika mendarat di Mesir akan meledakkan diri.
"Dalam sebuah catatan, dia menekankan bahwa jika pesawat mendarat di wilayah Mesir dia akan segera meledakkan pesawat," kata Lambrianou.
Di Bandara Larnaca, Mustafa menjatuhkan amplop di landasan pacu yang ditujukan kepada seorang wanita Siprus, kemudian dipastikan akan mantan istrinya. Dalam Surat, tersangka menuntut pembebasan tahanan wanita yang diadili di Mesir itu.
(Baca Juga: Pesawat EgyptAir Dibajak dan Dialihkan ke Siprus)