Jumat 01 Apr 2016 20:20 WIB

Ratusan Orang di Guinea Diberi Vaksin Ebola

Vaksin uji coba untuk Ebola.
Foto: AP
Vaksin uji coba untuk Ebola.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ratusan orang yang diduga bersentuhan dengan delapan orang yang terinfeksi Ebola di Guinea telah divaksinasi dengan vaksin uji coba Merck. Badan Kesehatan Dunia (WHO), Jumat (1/4), mengatakan pemberian vaksin sebagai upaya menghentikan gejolak penyakit mematikan itu.

Badan kesehatan Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di Guinea mengatakan lebih dari 100 orang melakukan hubungan fisik dengan delapan kejadian Ebola belakangan ini telah diidentifikasi dan berada di bawah pengamatan medis.

Dalam pendekatan yang disebut "vaksinasi cincin", WHO mengatakan hampir 800 orang telah divaksinasi pada pekan lalu. Termasuk 182 orang yang dinilai melakukan hubungan fisik yang berisiko tinggi.

Kembali munculnya virus Ebola di Guinea adalah yang pertama sejak wabah besar di negara itu dinyatakan pada Desember 2015. Pada kemunculan kembali virus itu, ada delapan kejadian, tujuh di antaranya berakibat fatal, sejak akhir Februari.

WHO mengatakan enam di antara korban yang tewas berasal dari tiga keturunan dari keluarga besar yang sama.

Ebola, penyakit demam berdarah, telah menewaskan lebih dari 11.300 orang di Guinea, Sierra Leone dan Liberia sejak merebak di Guinea pada akhir 2013 dan menyebabkan epidemi selama 20 bulan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

WHO mengatakan awal pekan ini bahwa semua rentetan semula dari penyebaran virus sekarang telah berakhir, meskipun kelompok-kelompok baru infeksi akan terus terjadi karena pelepasliaran virus. Virus Ebola diketahui bertahan di dalam air mani laki-laki yang selamat selama setahun atau lebih.

Vaksin VSV-EBOV milik Merck ditunjukkan dalam percobaan klinis tahun lalu menjadi sangat efektif dalam mencegah infeksi Ebola. Itu telah digunakan sejak virus itu merebak di Sierra Leone.

Strategi "vaksinasi cincin" merupakan vaksinasi cepat kepada siapa saja yang telah bersentuhan dengan orang yang terinfeksi Ebola, serta yang bersentuhan dengan mereka.

WHO mengatakan memiliki sebuah kelompok yang beranggotakan 75 staf yang bekerja di daerah-daerah terinfeksi untuk mendukung tanggapan yang dipimpin pemerintah, termasuk ahli epidemiologi, pakar pemantauan dan pakar pengendalian dan pencegahan infeksi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement