Kamis 07 Apr 2016 09:06 WIB

ISIS Dapat Ratusan Juta Dolar dari Barang Antik

Rep: Gita Amanda/ Red: Bilal Ramadhan
Salah satu foto yang dirilis ISIS yang menunjukkan penghancuran kuil kuno di Palmyra, Suriah, Selasa (25/8).
Foto: The Independent
Salah satu foto yang dirilis ISIS yang menunjukkan penghancuran kuil kuno di Palmyra, Suriah, Selasa (25/8).

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mendapat sekitar 150 juta hingga 200 juta dolar AS dari perdagangan barang antik ilegal. Sekitar 100 ribu benda budaya termasuk 4.500 situs arkeologi berada di bawah kendali ISIS.

Duta besar Rusia untuk PBB Vitaly Churkin mengatakan dalam sebuah surat yang dirilis pada Rabu (6/4), bahwa sekitar 100 ribu benda-benda budaya yang merupakan kepentingan global termasuk 4.500 situs arkeologi berada di bawah kendali ISIS. Sembilan di antara barang-barang arkeologi itu bahkan masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO.

"Laba yang diperoleh oleh ISIS dari perdagangan gelap barang antik dan harta arkeologi diperkirakan sekitar 150-200 dolar AS per tahun," katanya.

Penyelundupan artefak, menurut Churkin, dilakukan oleh divisi barang antik ISIS. Hanya divisi ini yang memiliki izin untuk menggali, memindahkan dan mendistribusikan barang antik.

Beberapa rincian soal rampasan perang ISIS sebelumnya diungkapkan Reuters berdasarkan dokumen yang disita oleh Operasi Khusus Angkatan AS dalam serangan Mei 2015 di Suriah. Tapi banyak rincian dalam surat Churkin ini tampaknya baru.

Utusan dari Rusia itu mengatakan, barang antik hasil jarahan itu sebagian besar diselundupkan melalui wilayah Turki. Ia juga berulang kali menuduh Turki membeli minyak dari ISIS.

"Pusat utama untuk penyelundupan barang-barang warisan budaya adalah kota Gaziantep, Turki, di mana barang curian yang dijual di lelang ilegal dan kemudian melalui jaringan toko-toko antik dan di pasar lokal," ujar Churkin.

Churkin mengatakan, perhiasan, koin dan barang-barang jarahan lainnya di bawa ke kota-kota Turki seperti Izmir, Mersin dan Antalya. Barang-barang antik itu kemudian ditawarkan kepada kolektor dari berbagai negara. Umumnya barang dijual melalui situs lelang intenet seperti eBay dan toko online khusus.

"Baru-baru ini ISIS telah memanfaatkan lebih banyak potensi media sosial dan lebih sering sehingga dapat memotong perantara dan menjual artefak langsung ke pembeli," katanya.

EBay mengatakan tak menyadari tuduhan itu. Mereka menngatakan tak mengetahui adanya barang budaya atau sejarah ilegal dijual di platform kami. "Untuk saat ini, kami tak mengetahui adanya bukti langsung untuk item di eBay yang dihasilkan dari penjarahan ISIS atau kegiatan serupa," ujar eBay.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement