Ahad 10 Apr 2016 07:46 WIB

Menengok Panama Tanpa Panama Papers

Rep: C38/ Red: Nur Aini
Pemandangan kota Panama.
Foto: AP/Arnulfo Franco
Pemandangan kota Panama.

REPUBLIKA.CO.ID, PANAMA -- Celso berdiri di ujung kano. Matanya menerobos ke balik hutan hujan Panama. Dia arahkan perahu di sepanjang sungai dangkal yang melewati Chagres National Park.

Pemuda berusia 25 tahun ini berasal dari suku Embera, salah satu dari tujuh suku asli Panama. Ia mengatakan, beberapa orang Indian pindah ke kota, tapi banyak yang kembali. "Hidup sederhana di sini. Di kota terlalu cepat," ucapnya, dilansir dari Al Jazeera, (Ahad (10/4).

Celso sempat mengenyam pendidikan di ibu kota selama empat tahun, namun memutuskan untuk kembali ke desa. Kini, ia hidup bersama tujuh saudaranya. Di desalah, Celso merasa bahagia. "Kami lebih bebas daripada orang-orang di kota," kata dia.

Hanya satu jam perjalanan ke arah selatan, terletak lah kota Panama nan sibuk. Kota itu, tampak seperti dunia yang lain dari Desa Celso. Kaca dan baja pencakar langit menjadi lanskap pelabuhan, ruang menuju kantor perusahaan multinasional.

Tepat di jantung ibu kota, adalah kantor firma hukum yang kini tengah menjadi buah bibir khalayak dunia. Sebuah firma hukum yang berada di pusat kebocoran terbesar data keuangan rahasia dalam sejarah jurnalisme; Mossack Fonseca. Panama Papers mencuatkan 214 ribu perusahaan off shore, yang melibatkan kepala negara, tokoh dunia, atlit, lembaga keuangan, dan pejabat penting.

Gabriel Zucman, penulis The Hidden Wealth of Nations: the Scourge of Tax Havens, mengatakan, sekitar 8 persen atau setara 7,6 triliun dolar AS dari kekayaan keuangan global, berada di kawasan suaka pajak atau tax haven seperti Panama.

 

Presiden Ifo Institute for Economic Research, Clemens Fuest, menambahkan, fakta bahwa ada perusahaan off shore dan sebagian digunakan untuk kegiatan ilegal seperti penggelapan pajak dan pencucian uang sudah diketahui. Panama bukanlah satu-satunya tax haven.

Menurut Bank Dunia, GDP Panama tumbuh sebesar 6,2 persen pada 2014. Negara ini telah menjadi salah satu yang mengalami pertumbuhan ekonomi paling cepat di Amerika Latin, karena proyek-proyek infrastrukturnya. Perluasan Kanal Panama akan selesai tahun ini, ditambah masuknya sejumlah investasi asing. Namun, menurut Fuest, penduduk setempat nyaris tidak mendapat keuntungan dari kekayaan yang meningkat.

Menurut International Work Group for Indigenous Affairs, sekitar 12,7 persen atau setengah juta orang dari total populasi Panama adalah masyarakat asli. Banyak yang tinggal di daerah pedesaan, serta mengalami kekurangan akses terhadap air, kesehatan, dan sanitasi. Kendati perekonomian nasional meningkat, kemiskinan di antara penduduk pribumi mencapai di atas 70 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement