REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Iran siap membuka kembali pertemanan dengan Arab Saudi pascapemutusan hubungan diplomatik sepihak oleh Arab Saudi. Hal itu disampaikan oleh Duta Besar Iran untuk Indonesia, Valiollah Mohammadi di kantor Harian Republika, Kamis (28/4).
Mohammadi mengatakan alasan pemutusan hubungan diplomatik oleh Saudi tidak logis. Meski demikian, Iran bersedia melakukan dialog. "Kami siap menyelesaikan persoalan," kata Mohammadi pada sejumlah petinggi Republika.
Diplomat ini menceritakan kronologi penyerangan Kedutaan besar Arab Saudi di Teheran yang jadi pemicu ketegangan antara dua negara. Menurutnya saat penyerangan oleh sekitar 100 orang, tidak ada diplomat Saudi di dalam Kedutaan. "Pelaku penyerangan pun sudah ditindak dan dinyatakan bersalah," kata dia.
Sejak saat itu Saudi mengakhiri hubungan. Mohammadi mengatakan alasan ini sedikit tidak masuk akal untuk membuat hubungan diplomatik dua negara besar putus. "Kejadian seperti itu bisa terjadi negara mana pun, ini tidak logis unuk dua negara besar putus hubungan," katanya.
Semua proses hukum telah dijalani dengan baik oleh pihak otoritas Iran. Saat Presiden Indonesia Joko Widodo mengirim utusan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan memberi saran untuk hubungan dua negara, Mohammadi siap menjalankan.
Baca juga, Ini Jalan Panjang Konflik Saudi-Iran, dari Revolusi Hingga Insiden Makkah.
Namun, masalah ini tetap harus diselesaikan kedua negara. "Meski Iran siap menjalani proses perdamaian, namun tetap butuh tekad dari kedua pihak untuk menyelesaikannya," tambahnya.
Mohammadi menjelaskan pernyataan dari Pemimpin Iran, Hassan Rouhani saat konferensi OKI di Turki telah jelas. Iran siap berdialog dengan berbagai negara di kawasan termasuk Saudi.
Saudi dan Negara Teluk mengecam Iran atas aksi intervensi yang dilakukan di kawasan. Saudi pun memandang dialog hanya bisa dilakukan jika Iran menghentikan aksi intervensinya. Namun Iran membantah tudingan intervensi itu. "Intervensi di mana, kami datang ke Suriah dan Irak karena undangan dari pemerintah setempat," ujarnya menegaskan.
Mohammadi pun menampik jika Iran melakukan intervensi di Yaman seperti dituduhkan Saudi dan sekutunya. Media-media luar menyebut pemberontak Yaman Houthi pro Iran. Lantas apakah dengan hal itu bisa dibuktikan Iran terlibat. "Tidak ada bukti," tegasnya.