REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- PBB mengatakan situasi di Aleppo, Suriah adalah bencana besar, Kamis (28/4). Sebelumnya puluhan orang tewas dalam serangan yang menyasar rumah sakit.
Serangan udara di sekitar rumah sakit Dokter Tanpa Batas atau Medecins Sans Frontieres (MSF) menewaskan sedikitnya 27 orang. Adapun sebanyak 30 orang tewas dalam serangan lainnya.
Wakil PBB Jan Egeland mengatakan hari-hari selanjutnya akan penting bagi bantuan kemanusiaan di Suriah. Ia turut berduka atas bencana di Aleppo dalam 24-28 jam terakhir. "Tidak diragukan lagi kondisi sangat parah," kata dia. Ia juga tidak bisa memperkirakan situasi pascatragedi ini dalam beberapa hari ke depan. Para petugas kesehatan dan pekerja kemanusiaan kini dalam ancaman.
MSF mengatakan sedikitnya 14 pasien dan tiga dokter tewas dalam serangan di rumah sakit al-Quds itu. Salah satu yang tewas adalah Mohammed Wasim Moaz yang merupakan dokter anak terakhir di Aleppo. Ia bekerja di rumah sakit sejak 2013. "Ia membantu menjalankan semuanya dan selalu ada karena khawatir akan semua orang," kata wakil MSF, Aitor Zabalgogeazkoa pada BBC.
Sumber lokal menyalahkan serangan dilakukan pesawat tempur dari militer Suriah atau Rusia. Militer Suriah menyangkal menargetkan rumah sakit. Seorang aktivis di lokasi, Zuhair mengatakan serangan udara itu dilakukan dua roket berat dari Rusia.
Sementara kantor berita Rusia mengutip pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia yang mengatakan mereka tidak melakukan serangan udara di Aleppo dalam beberapa hari terakhir.
Baca juga, Turki Siap Pertahankan Aleppo dari Rezim Assad.
Wakil PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura memperingatkan kesepakatan antara pemberontak dan pasukan pemerintah harus hidup. Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon menyeru AS dan Rusia untuk melakukan investigasi atas serangan.
Serangan pada rumah sakit ini merupakan salah satu puncak dari serangan-serangan lain selama hampir sepekan di Aleppo. Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia pada Jumat mengatakan 202 warga sipil tewas di Aleppo sejak tujuh hari lalu.