Senin 23 May 2016 17:12 WIB

Wartawan BBC Mengaku Dilarang Liput Kunjungan Obama di Vietnam

Presiden Obama
Presiden Obama

REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Koresponden BBC di Vietnam untuk liputan kunjungan Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengatakan, Senin, bahwa otoritas Vietnam memerintahkannya untuk berhenti meliput karena diduga telah menemui salah satu pengkritik tajam pemerintah.

"Kami sudah diberitahu bahwa akreditasi kami telah dicabut dan semua kegiatan liputan kami harus dihentikan," kata Jonathan Head yang bermarkas di Bangkok dalam laporannya di laman BBC.

Kementerian Luar Negeri Vietnam belum memberikan komentarnya atas insiden tersebut. Tidak ada sinyalemen lain terkait pelarangan media asing maupun lokal dilaporkan selama kunjungan tiga hari Obama.

Kunjungan tersebut bertujuan meningkatkan hubungan diplomatik, ekonomi dan militer meskipun AS diperkirakan akan mendesak Hanoi soal isu hak asasi manusia. Head juga tidak diminta meninggalkan negara tersebut.

Sebelumnya pada bulan ini Korea Utara mengusir seorang wartawan BBC karena laporannya saat sekelompok media asing mengunjungi negara terisolir tersebut untuk meliput kongres partai berkuasa.

Vietnam yang diperintah oleh partai komunis sejak lama menaruh curiga kepada BBC. Layanan BBC berbahasa Vietnam seringkali diblokir karena media itu sering memberitakan isu-isu HAM.

Saluran BBC World's TV disiarkan dengan penundaan 10 menit di Vietnam. Laporan langsung Head dari Hanoi pada Senin diblokir selama 10 detik, dengan catatan di layar yang menyebutkan bahwa program tersebut untuk sementara ditangguhkan.

Head mengatakan tidak ada alasan yang diberikan oleh pihak berwenang atas larangan peliputannya tersebut. Namun ia mengatakan "dalam percakapan yang emosional" dengan beberapa pejabat, diduga pelarangan itu dikarenakan ia bertemu dengan Nguyen Quang A, satu dari sekitar 20 pembangkang yang mencoba mengikuti pemilihan parlemen dengan jalur independen pada Ahad (22/5).

Head mengatakan ia tidak bertemu dengan Quang A, yang ditahan dua kali pada 2015 setelah bertemu tahanan politik dan menghadiri seminar-seminar demokrasi di luar negeri, serta gagal memberikan suara dalam pemilihan Majelis Nasional.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement