REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Para peternak sapi perah di seluruh Australia saat ini sedang mengalami krisis menyusul anjloknya harga susu segar. Mereka punya cara khas menunjukkan aspirasi, yaitu menyerbu kota-kota besar dengan traktor mereka.
Ratusan keluarga peternak datang ke kota-kota besar dalam aksi demo serentak, Rabu (25/5). Mereka naik bus-bus besar dan ada pula yang datang dengan traktornya. Sejauh ini Pemerintah federal dan Negara Bagin telah mengumumkan paket bantuan konsesi, namun hal itu tidak memuaskan para peternak yang bergabung dalam organisasi Farmer Power.
Industri sapi perah, kata Farmer Power, harus diberikan jaminan agar tindakan perusahaan penampung susu produksi peternak tidak bisa seenaknya saja menurunkan harga pembelian mereka. Perusahaan pengolahan susu terbesar di Australia Murray Goulburn serta perusahaan Selandia Baru Fonterra mengumumkan penurunan harga pembelian mereka hampir secara bersamaan.
Hal itu langsung membuat para peternak berutang kepada kedua perusahaan ini. Pasalnya, kedua perusahaan telah membayar di depan harga pembelian susu segar dari para peternak.
"Peternak tidak butuh pinjaman lunak lagi, sebab mereka saat ini sudah hampir melunasi kredit mereka sebelumnya," kata Alex Robertson, wakil ketua Farmer Power.
Salah seorang peternak yang datang ke Melbourne dengan menggunakan traktor adalah Basil White. Dia berasal dari kota pedalaman Woolsthorpe, dan meninggalkan kampungnya itu Selasa malam. Whita menempuh perjalanan sejauh 14 jam, dan traktornya sempat mogok di jalan. "Mogoknya traktor ini sama dengan kondisi keluarga saya yang kini mengalami krisis," ujarnya kepada ABC.
Peternak sapi perah di Australia biasanya melakukan pekerjaan sampingan dengan menggunakan traktor. Namun traktor milik White ini, katanya, sudah cukup lama menganggur.
"Daripada tidak jalan dan jadi sarang laba-laba, lebih baik daya bawa traktor ini ke kota ke gedung parlemen. Traktor ini tidak dibuat untuk melakukan perjalanan jauh seperti ini, namun paling tidak kami bisa mendapat sedikit dukungan," katanya.
Kebanyakan petani dan peternak sebenarnya tidak punya waktu luang untuk ikut aksi demo. Mereka biasanya bekerja sejak sebelum matahari terbit, namun kali ini perusahaan pengangkutan setempat membantu mengangkut mereka ke Melbourne.
Shaun Beard, dari kota pedalaman Simpson, misalnya harus meminta pekerja yang sebelumnya dia liburkan untuk mengurusi peternakan supaya Shaun bisa ikut aksi demo ini. Dari wilayah tempat tinggal Shaun, setidaknya datang 4 bus besar dengan 53 penumpang setiap bus, yang datang dalam aksi demo.
Sementara itu di Queensland, para peternak juga melakukan aksi solidaritas kepada peternak Victoria. Mereka melakukan aksi hening cipta menghomati para peternak yang telah melakukan bunuh diri karena tak tahan dengan krisis. "Ini merupakan masalah yang menyangkut siapa saja di negara ini," kata Robbie Radel, peternak asal Biggenden.
Di Adelaide, sedikitnya 50 peternak melakukan aksi demo serupa.