Kamis 02 Jun 2016 20:49 WIB

Presiden Baru Filipina Dikecam karena Bela Pembunuhan Jurnalis

Red: Ilham
Presiden terpilih Filipina Rodrigo Duterte
Foto: AP Photo/Bullit Marquez
Presiden terpilih Filipina Rodrigo Duterte

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Grup media Filipina mengecam Presiden terpilih Rodrigo Duterte atas pernyataannya bahwa seorang wartawan dibunuh karena korup. Duterte menuduh sambil menyatakan 'anda tidak dapat terhindar dari pembunuhan jika termasuk golongan 'pengacau'.

Popularitas Duterte memang tidak turun meski dia menyatakan uskup sebagai 'putra pekerja seks'. Bahkan kelakarnya saat menyinggung korban perkosaan yang terbunuh, tampak tidak berpengaruh atas popularitasnya di negara berpenduduk Katolik-Roman terbesar tersebut.

Namun ucapannya terkait pembunuhan jurnalis telah memancing reaksi banyak pihak. Sekitar 175 jurnalis terbunuh sejak 1986 di negara itu, menjadikan Filipina sebagai salah satu di antara negara paling berbahaya bagi para pewarta berita.

Duterte menyampaikan ke para wartawan di selatan Kota Davao, sikapnya menyetujui eksekusi mati ratusan pengguna narkoba dan penjahat sekitar dua dekade ini telah membantu dirinya menempati kekuasaan tertinggi.

"Banyak dari kalian memang bersih, tetapi jangan pernah mengatakan seluruh jurnalis itu bersih," katanya. "Hanya karena kalian jurnalis, tidak berarti kalian terkecuali dari pembunuhan jika mereka itu 'pengacau'.

Direktur Eksekutif Pusat Hukum Internasional Romel Regalado Bagares menjelaskan, komentar Duterte menunjukkan sikap sinis terhadap isu yang menjadi perhatian serius komunitas internasional tersebut. Sikap itu dapat melanggengkan impunitas bagi para pembunuh.

"Ungkapan mengejutkan Presiden Duterte menandakan ada pembiaran atas ancaman pembunuhan ekstra yudisial hingga menjadikan Filipina sebagai lahan pembunuhan bagi para jurnalis," katanya.

"Kami mendesak presiden agar menarik ucapannya, sekaligus menunjukkan ada itikad melindungi, bukan menjadikan pers sebagai target."

Asosiasi Koresponden Asing Filipina juga memberi peringatan. "Pernyataan Duterte merupakan penanda jurnalis di Filipina masih hidup di bawah ancaman sejak satu dekade pascadibentuknya asosiasi yang didirikan guna memperjuangkan kebebasan pers, utamanya pada masa pemerintahan diktaktor Ferdinand Marcos," kata mereka.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement