REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Militer Inggris akan mencabut larangan bagi perempuan berperang di garis depan. Perempuan dapat berperang di garis depan untuk pertama kali pada November.
Kementerian Pertahanan menerangkan, keputusan itu akan menindaklanjuti tinjauan dari laporan kesehatan terkait bahaya jasmani dan rohani perempuan saat bertugas di medan perang. Perdana Menteri David Cameron menyambut saran kepala militernya, dengan meminta aturan itu segera diterapkan. "Angkatan perang negeri ini memiliki peran penting lantaran dianggap sebagai pasukan kelas dunia dan ikut menjadi cermin masyarakat Inggris," kata Cameron pada Jumat (8/7).
Ia menilai pencabutan larangan itu adalah langkah besar. "Kebijakan itu menunjukkan bahwa militer mengoptimalkan potensinya dan memberi kesempatan lebih luas bagi perempuan untuk mengisi semua kedudukan," katanya.
Keputusan itu dibuat setelah Amerika Serikat mengumumkan seluruh posisi di medan perang terbuka untuk perempuan pada Desember. Perempuan telah diperbolehkan berperang di garis depan oleh sejumlah negara maju, termasuk Kanada dan Israel. Sementara itu, India merekrut pilot jet tempur wanita pertamanya pada Juni.
Resimen tank dan kendaraan tempur Inggris, The Royal Armoured Corps (RAC), akan menjadi divisi pertama memperbolehkan perempuan bertugas di garis depan pada November. Divisi lain akan menerapkan kebijakan itu dalam waktu tiga tahun mendatang. Lebih dari 80 persen posisi di Angkatan Bersenjata Inggris terbuka untuk perempuan, sehingga sepuluh persen dari jumlah tentara diisi kaum hawa. "Pemberian izin bagi perempuan untuk bertugas di seluruh posisi akan membantu memaksimalkan seluruh potensi yang tersedia dan menunjukkan Angkatan Bersenjata negeri ini punya pandangan yang modern," kata Kepala Staf Jenderal Sir Nick Carter.