REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Theresa May akan melakukan perjalanan pertamanya ke Edinburgh pada Jumat (15/7). Ia akan membahas implikasi British Exit (Brexit) pada Skotlandia dengan Kepala Pemerintahan Skotlandia Nicola Sturgeon.
Keputusan May untuk mengunjungi Sturgeon kurang dari 48 jam setelah ia resmi menjabat. Hal ini dianggap memperlihatkan tekad untuk tetap menjaga Skotlandia bersama Inggris. Ini menghidupkan kembali isu mengenai kemerdekaan Skotlandia pascabrexit.
"Saya percaya dengan sepenuh hati pada Inggris, ikatan berharga antara Inggris, Skotlandia, Wales dan Irlandia Utara," kata May dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan kantornya menjelang kunjungan.
Kunjungan ke Skotlandia menurut May, merupakan perjalanan pertamanya sebagai perdana menteri. Ia mengatakan, ini menunjukkan komitmennya untuk menjaga persatuan yang telah bertahan selama berabad-abad.
May menegaskan ia amat menentang gagasan kemerdekaan Skotlandia. Dalam pidato pertamanya sebagai perdana menteri pada Rabu (13/7), ia mengatakan pentingnya 'serikat' bagi dirinya.
Mayoritas warga Skotlandia memilih untuk tetap bersama dengan Uni Eropa dalam referendum 23 Juni lalu. Sturgeon mengatakan Skotlandia tak harus ikut diseret keluar dari Uni Eropa melawan kehendak mereka. Ia juga mengatakan akan mengeksplorasi semua pilihan untuk mencegah hal itu terjadi, termasuk referendum kemerdekaan dari Inggris.
Pada 2014 referendum kemerdekaan Skotlandia menyatakan 55 persen menolak dan 45 persen mendukung. Tapi sejak itu Scottish National Party telah semakin kuat. Sementara itu Partai Konservatif May, sangat tak populer di Skotlandia selama beberapa dekade.