Ahad 17 Jul 2016 09:12 WIB

Keluarga Pelaku Teror Nice: Dia Pemabuk dan Mata Keranjang

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Ani Nursalikah
Bunga dan catatan yang ditinggalkan waraga di luar pintu masuk Konsulat Prancis Jumat, (15/7) di San Francisco, menyusul serangan di Nice.
Foto: AP
Bunga dan catatan yang ditinggalkan waraga di luar pintu masuk Konsulat Prancis Jumat, (15/7) di San Francisco, menyusul serangan di Nice.

REPUBLIKA.CO.ID, NICE -- Mohamed Lahouaiej-Bouhlel yang menewaskan sedikitnya 84 orang di Nice, Jumat (15/7) tidak memiliki kaitan ke organisasi teroris. Hal itu diungkapkan teman-teman dan keluarganya.

"Polisi tidak pernah melakukan sesuatu sementara suaminya memukulinya, tapi sekarang ia berada di bawah tahanan sebagai semacam teroris atas perbuatan suaminya, seseorang yang ia benci, ia melakukannya?" kata seorang tetangga Khalfallah Lahouaiej-Bouhlel tidak percaya.

Seperti diberitakan The Independent, Sabtu (16/7), istri Mohamed Lahouaiej-Bouhlel, ibu tiga anak itu ditahan polisi sejak Jumat pagi menyusul penggerebekan di rumahnya. Tapi, sesama penghuni blok apartemen di pinggiran utara Nice mengaku tidak percaya.

Mereka merasa, Khalfallah yang pernah bekerja di sebuah hotel internasional bukanlah Muslim yang taat dan tidak mengenakan jilbab, tidak mungkin menjadi kaki tangan mantan suami kasar yang berusaha diceraikannya.

ISIS mengklaim Lahouaiej-Bouhlel adalah 'prajurit' mereka.

Baca: Prancis Terjunkan Polisi Jaga Seluruh Negeri

Sementara itu, sehari setelah bersikeras Lahouaiej-Bouhlel tidak memiliki kaitan dengan teroris, pemerintah Prancis mengatakan ia pasti memiliki link tersebut.

Jaksa Francois Molins telah menyatakan pada Jumat pelaku benar-benar tidak diketahui intelijen dan tidak pernah ditandai karena terkena radikalisasi. Namun, Perdana Menteri Manuel Valls dan Menteri Dalam Negeri Bernerd Cazeneuve menyatakan Bouhlel radikal.

Lima orang telah ditangkap sejak insiden itu, tiga ditangkap pada Sabtu dan dua pada Jumat termasuk mantan istrinya. Tetapi, orang-orang yang mengenal Mohamed dan Khalfallah Lahuaiej-Bouhlel terus membantah ia termotivasi dalam kekerasan itu karena semangat keagamaan.

"Dia, Bouhlel, minum banyak dan menggunakan obat, dia juga mata keranjang. Semua ini menyebabkan argumen dan ia akan menyerang istrinya, itu sebabnya mereka berpisah," kata tetangga lain dari istrinya.

Ayah si pembunuh, Monthir Bouhlel mengklaim anaknya menderita masalah psikologis dan kadang-kadang tidak stabil. "Dia memiliki beberapa masa sulit, saya membawanya ke psikiater, dia mengambil perawatan dan dia bilang dia punya penyakit mental yang serius," ujarnya.

Selama empat tahun, sejak 2002 hingga 2004, Bouhlel memiliki masalah gangguan saraf. Ayahnya melanjutkan, Bouhlel akan sangat marah dan merusak barang-barang tanpa alasan, juga memakai obat-obatan. "Tapi satu hal, dia tidak marah tentang agama, dia tidak pergi ke masjid, dia minum," tegasnya.

Lahuaiej-Bouhlel adalah seorang kriminal kecil yang memiliki banyak masalah hukum. Corentin Delobel, pengacara yang mewakilinya ketika menerima hukuman percobaan Maret karena tuduhan penyerangan mengatakan, "Saya tidak bisa mengatakan dia adalah teroris. Itu bisa saja Anda atau saya,".

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement