Jumat 22 Jul 2016 20:10 WIB

Pengamat: Kerja Sama dengan Nur Misuari Bisa Bermasalah

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Gerilyawan Abu Sayyaf.
Foto: historycommons.org
Gerilyawan Abu Sayyaf.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengajar Hubungan Internasional Universitas Islam Negeri Syariif Hidayatullah Robi Sugara mengatakan, rencana kerja sama dengan Nur Misuari untuk membebaskan 10 WNI yang disandera di Kepulauan Sulu, Filipina dapat menjadi cara diplomatik yang efektif. Namun bisa juga bermasalah.

"Seperti kemarin orang yang menyebut Kivlan Zein atau orang-orangnya Surya Paloh, saya kira tidak semudah yang diawal, bisa dibayangkan ada dua pihak negosiator, dua mediator bisa membuat persoalan," katanya, Jumat (22/7).

Menurutnya hal tersebut menjadi masalah karena para perompak sudah membaca ada persangian antar dua negosiator. Meskipun dalam tingkat strategis menurutnya kerja sama dengan Nur Misuari dapat lebih efektif.

Kelompok Abu Sayyaf tidak akan mengambil mediasi Barat. Karena beberapa jurnalis Barat dari Kanada dan Prancis dibunuh dengan cara dipenggal kepalanya. Para pemberontak dan perompak diperairan tersebut pun tidak mengincar pemerintah tapi perusahaan.  "Yang dikejar cuma uang," ujarnya.

Baca juga, Abu Sayyaf Penggal Sandera Asal Kanada.

Sudah empat kali WNI disandera dalam kurun waktu enam bulan terakhir di jalur yang sama. Robi mengatakan hal menimbulkan pertanyaan upaya-upaya keamanan dijalur tersebut. Menurut Robi pembangunan aspek keamanan Maritim seharusnya diimbangi dengan pembangunan ekonomi.

"Pembangunan pelabuhan-pelabuhan untuk meningkat ekonomi maritim tidak dibarengi dengan aspek keamanannya, sedangkan keamanan juga mahal," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement