Rabu 27 Jul 2016 09:15 WIB

Muslim di Konvensi Partai Demokrat AS Lawan Islamophobia

Rep: Gita Amanda/ Red: Nur Aini
Muslim Amerika
Muslim Amerika

REPUBLIKA.CO.ID, PHILADELPHIA -- Para pemimpin Muslim yang berkumpul di sela-sela Konvensi Nasional Partai Demokrat di Philadelphia, mendesak anggota komunitas mereka untuk melawan Islamophobia. Mereka mendorong masyarakat Muslim untuk menggunakan suara mereka dalam pemilihan presiden mendatang.

Direktur eksekutif Council on American-Islamic Relations (CAIR) Nihad Awad mengatakan, anggota komunitas Muslim harus mendaftar dan menggunakan suara mereka dalam pemilihan. Dengan ini menurutnya Muslim bisa mengalahkan 'kebencian' terhadap mereka.

"Islamophobia bukan masalah Muslim, ini masalah Amerika. Kejahatan kebencian sedang meningkat. Korban terbesar Islamophobia adalah Amerika dan prospek masa depan," kata Awad kepada komunitas Muslim yang datang ke Philadeplhia, Selasa (26/7), seperti dilansir Aljazirah.

Awad dan para pemimpin Muslim lainnya mendorong anggota masyarakat untuk terlibat dalam politik, bidang di mana mereka percaya mereka kurang terwakili. Mereka juga percaya Islamophobia, xenophobia, dan kebencian terhadap wanita berkembang dalam Partai Republik.

Anggota Kongres dari Minnesota Keith Ellison mengatakan ini tak seperti pemilu sebelumnya. Sebelum ini menurutnya masyarakat hanya memperdebatkan soal peran pemerintah, apakah pajak harus lebih tinggi? atau sejenisnya.

"Kita tak pernah memiliki pemimpin partai besar yang secara terbuka menyerukan kebencian agama terhadap komunitas tertentu," katanya.

Pernyataan Ellison merujuk pada calon Partai Republik Donald Trump yang menyerukan larangan terhadap Muslim memasuki Amerika Serikat. Dalam sebuah wawancara pekan lalu, Trump bahkan menyerukan pemeriksaan terhadap orang yang berasal dari negara-negara dengan sejarah teror.

Sebuah laporan baru-baru ini menemukan lebih dari 70 kelompok di AS berkontribusi sampai batas tertentu, menyebarkan Islamophobia. Laporan yang dirilis CAIR dan Centre for Race and Gender Universitas Berkeley, California, melaporkan 33 dari kelompok-kelompok itu memiliki tujuan utama mempromosikan prasangka atau kebencian terhadap Islam dan Muslim.

"Islamophobia meningkat karena kami memiliki orang-orang yang memicu dan mempromosikannya. Mereka benar-benar memiliki organisasi yang didedikasikan untuk memompa ini," kata Ellison.

Banyak yang khawatir bahwa ideologi Trump bisa berdampak menghancurkan lanskap politik AS. Dalam sambutan pencalonannya Trump sempat mengatakan ada dua hal yang membuat Amerika gelap yakni media liberal dan terorisme dari dalam dan luar negeri. Ia menawarkan diri sebagai solusi dari masalah itu, namun tak memberikan rinciannya.

Menurut Pew Research, jumlah Muslim satu persen dari total penduduk AS namun bisa berlipat ganda pada 2050. Muslim AS percaya mereka sedang menjadi kambing hitam karena alasan politik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement