REPUBLIKA.CO.ID, VIANTIANE -- Filipina menyampaikan kekhawatiran mendalam pada Minggu dan menuntut penjelasan dari duta besar Cina atas yang mereka sebut dengan peningkatan jumlah kapal Cina di dekat dangkalan Scarborough di laut sengketa.
Pesawat angkatan udara Filipina terbang di atas karang itu pada Sabtu dan menemukan kian banyak kapal dari yang biasanya dalam armada kapal kecil, yang dijaga Cina sejak merebut dangkalan itu setelah kebuntuan pada 2012, kata Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana.
"Terdapat empat kapal penjaga pantai Cina dan enam kapal lain, termasuk sejumlah tongkang, di sekitar dangkalan Scarborough," kata dia dalam pesan kepada wartawan.
"Keberadaan banyak kapal lain selain kapal penjaga pantai di wilayah itu menyebabkan kekhawatiran besar," katanya. Kedutaan besar Cina di Manila tidak dapat dihubungi untuk dimintai tanggapan.
Meskipun dangkalan itu hanya tersusun atas beberapa karang yang menyembul ke atas permukaan laut, lokasi itu penting bagi Filipina dikarenakan arusnya yang tenang dan kaya akan hasil laut.
Manila mengatakan bahwa blokade yang dilakukan oleh Cina terhadap dangkalan itu merupakan bentuk pelanggaran terhadap hukum internasional.
Perselisihan itu telah menjadi lebih signifikan sejak Pengadilan Arbitrasi Permanen mengeluarkan keputusan pada 12 Juli lalu bahwa tidak ada negara yang memiliki hak kedaulatan atas kegiatan di Dangkalan Scarborough, yang merupakan sebuah lokasi penangkapan ikan tradisional bagi warga Cina, Filipina dan Vietnam.
Cina menolak untuk mengakui keputusan itu dan dalam komentar terbaru dari pihak Filipina dapat menyebabkan konflik sebelum diadakannya konferensi regional di Laos pada Selasa mendatang, temat pemimpin negara Asia Tenggara dan Cina, Jepang serta Amerika Serikat akan bertemu.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte menginginkan Cina untuk menuruti keputusan itu namun telah meminta agar tidak mengangkat isu tersebut dalam pertemuan. Dia ingin melancarkan jalannya negosiasi bilateral dan pada bulan sebelumnya telah mengutus mantan Presiden Fidel Ramos sebagai duta khususnya untuk menemui perwakilan Cina di Hongkong.
Lorenzana mengatakan bahwa Beijing sebelumnya telah mencoba untuk mengirimkan sejumlah kapal keruk ke lokasi dangkalan itu, namun belum ada tanda adanya reklamasi lahan sejauh ini. Cina sebelumnya menggunakan kapal keruk untuk mengeruk lahan bagi tujuh pulau buatan mereka di kepulauan Spratly.
Cina masih mempertahankan klaim terhadap sebagian besar Laut Cina Selatan, yang merupakan sebuah jalur perairan yang penting bagi perdagangan global. Malaysia, Filipina, Taiwan, Brunei Darussalam dan Vietnam juga memiliki klaim yang bertabrakan.