REPUBLIKA.CO.ID, BERN -- Hampir 40 persen pengungsi yang mengajukan suaka di Swiss menghilang dalam tiga bulan terakhir. Menurut laporan SonntagsZeitung pada Senin (5/9), otoritas tidak mengetahui di mana mereka hingga saat ini.
Sekretariat Migrasi (SEM) Swiss mengonfimasi 20-40 persen pengungsi hilang dalam kuartal terakhir. Mereka sebelumnya terdaftar di pusat penerimaan migran namun kemudian hilang dari sistem pengawasan.
Otoritas tidak menyebut jumlah pasti di setiap pusat penerimaan migran. Juru bicara SEM Chloe Kohlprath mengatakan, kemungkinan besar mereka pergi lebih jauh di Eropa, seperti menuju Jerman.
Di bawah aturan Swiss, pengungsi boleh masuk Swiss jika mereka mengajukan suaka. Migran yang tidak ingin tinggal di Swiss akan ditolak masuk. Sehingga mereka yang tercatat di pusat penerimaan SEM telah langsung mengajukan suaka.
Kohlprath mengatakan, masalah ini sebenarnya tidak mengejutkan. Menurut dokumen internal SEM, SonntagsZeitung, 90 persen migran yang tiba di wilayah Swiss langsung pergi tak lama setelah datang.
"Menurut dokumen, di St Gallen, 50 persen mundur tak melanjutkan pengajuan suaka, di Thurgau jumlahnya antara 80-90 persen dan di Bern setengahnya tidak pernah masuk pusat penerimaan," kata laporan. Pejabat senior pemerintah menilai ini sebagai masalah besar.
Christoph Neuhaus mengatakan migran hanya menggunakan Swiss sebagai zona transit. Otoritas tidak bisa melacak mereka. "Mereka mengancam karena bisa jadi masuk pasar gelap, prostitusi hingga lingkungan kriminal," katanya.
Baca juga, Lebih dari Satu Juta Migran Tiba di Eropa.
Presiden partai SVP, Albert Rosti meminta pemerintah menindak tegas dengan menutup perbatasan sepenuhnya. Migran biasanya masuk Swiss dari wilayah Ticino di selatan dekat Como, Italia. Penurut petugas perbatasan, banyak migran melintas secara ilegal.