Rabu 14 Sep 2016 12:21 WIB

Duterte Tolak Patroli Laut Cina Selatan Bersama AS

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Ani Nursalikah
Presiden Filipina Rodrigo Duterte (tengah).
Foto: AP Photo/Bullit Marquez
Presiden Filipina Rodrigo Duterte (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Presiden FIlipina Rodrigo Duterte mengatakan tidak akan melakukan patroli bersama di perairan Laut Cina Selatan bersama negara Barat. Penolakan tersebut mengesampingkan kesepakatan yang telah dibuat pendahulunya dengan militer Amerika Serikat (AS) pada awal tahun ini.

Duterte juga mengatakan ia sedang mempertimbangkan bantuan peralatan pertahanan dari Rusia dan Cina. Filipina selama ini sering bersandar pada AS sebagai sekutu lamanya, dan juga negara-negara Barat lainnya untuk mendapatkan bantuan terkait masalah keamanan.

Duterte kini memiliki hubungan yang kurang baik dengan AS. Namun, ia mengaku Filipina akan berusaha memperbaiki hubungan dengan Cina setelah adanya sengketa Laut Cina Selatan.

Ia mengatakan hanya ingin mendapatkan wilayah perairan Filipina sejauh 12 mil ke laut lepas dari pantai, yang akan dijaga oleh pasukan Filipina. Ia juga menentang pasukan Filipina untuk patroli bersama pasukan asing AS dan Cina, karena dapat melibatkan Filipina dalam permusuhan.

"Kami tidak akan ikut patroli dan bergabung dengan tentara lainnya karena saya tidak ingin ada masalah. Saya hanya ingin patroli di perairan teritorial kami," kata Duterte.

Saat mengunjungi Manila, Menteri Pertahanan AS Ash Carter dalam konferensi pers bersama Menteri Pertahanan Filipina Voltaire Gazmin mengatakan kapal-kapal AS telah melakukan patroli dengan Filipina di Laut Cina Selatan. Menurutnya, AS tidak berniat untuk memprovokasi, justru ingin meredakan ketegangan.

"Dengan adanya pasukan AS di sini, mungkin akan menghalangi Cina berbuat sesuatu," kata Gazmin.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement